Juri Oat
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Saya sudah akrab dengan sistem dapur Amerika. Pun di mana saja alat-alat dapurnya diletakkan: piring, sendok, wajan tevlon, sotil, entong. Susunannya rapi. Tetap di situ. Sejak di rumah John yang di Evanville, Indiana, di rumah Hays maupun di Lawrence ini.
Cara bagaimana menghidupkan kompor listrik juga bisa. Kompor itu besar. Tombolnya banyak. Sekaligus ada digital air fryer-nya. Juga sekaligus sebagai oven besar. John selalu bikin roti di oven besar itu. Pakai 'wajan' tebal, wajan warisan yang sudah berumur 150 tahun.
Hanya tomat tiga biji dan oatmeal itulah sarapan saya. Setiap hari.
"Tidak bosan?" tanya perusuh imajiner. Saya membayangkan itu Nimas.
"Justru ngangeni," jawab saya dalam hati.
BACA JUGA:Imbauan Kemenag untuk Jemaah Haji Lansia
BACA JUGA:PGE Area Lumut Balai Bantu Pulihkan Dampak Banjir dan Longsor
Anda masih ingat: apa beda oat dan wheat (gandum).
Saya pernah tanya ke John. Bijinya hampir sama. Tanamannya mirip sekali. Karena sulit menjelaskan secara IPB, John pilih penjelasan populer: "wheat itu makanan manusia, oat itu makanan kuda".
"Tapi semua presiden Amerika sarapannya oat," katanya.
Siangnya makanan saya juga itu-itu saja. Tidak mau ganti. Juga bikin sendiri: burito.
Saya sudah masuk kelas mahir bikin burito. Toh bahannya ada semua: lembaran tortila, bayam Amerika, kubis, lembaran daging kalkun, batang sledri besar, asinan buah olive, bawang bombai.
BACA JUGA:Kirimi Surat ke Kampus, UKT Batal Naik
BACA JUGA:Lansia Cabuli Bocah 12 Tahun di Kebun Karet
Semua bahan itu ditabur di atas lembaran tortila. Lalu diciprati mustard. Tortila-nya lantas dilipat kanan-kiri. Lalu digulung. Jadilah burito.