Tim Sukses
Dahlan Iskan ketika menaiki pesawat ANA dari Haneda menuju New York, Amerika Serikat.-Disway- -Photo:Disway-Gus munir
Semua penumpang masih tidur.
Semua biliknya masih gelap.
Kalau saya mondar mandir di lorong pun tidak akan ada yang melihat. Lorong ini seperti koridor apartemen yang pintunya ditutup semua.
Tapi mondar-mandir kurang bebas bergerak. Saya kembali ke tempat duduk. Tutup pembatas. Saya punya ide lain. Cari musik di layar TV. Bergerak sambil duduk. Ikuti irama musik.
Dari banyak pilihan video di layar saya lihat ada musikal Michael Jackson. Panjangnya 111 menit.
BACA JUGA:Pj Wali Kota Prabumulih Bakal Evaluasi Kinerja Lurah
BACA JUGA:10 Kecamatan Berpotensi Longsor saat Hujan Lebat
Hampir dua jam. Ini dia. Bukan rock. Bukan sweet. Pas untuk menggerakkan badan dan kaki.
Judul musikal itu simpel: Michael Jackson This Is It. Saya belum pernah menontonnya. Itu semacam show nostalgia sepanjang karier Michael Jackson. Itu show setelah 10 tahun tidak manggung.
Maka lagu-lagunya masih saya ingat. Setidaknya nadanya. Gerak kaki, tangan dan badan saya tinggal ikuti musiknya. Sekalian mengenang lagu-lagunya. Ada Black or White, Smooth Criminal, History, Thriller dan seterusnya.
Betapa perkara Michael Jackson di balik sosoknya yang terlihat kurus, kecil dan lemah.
Betapa keras latihan fisiknya.
Betapa kejam Michael Jackson 'menyiksa' dirinya.
BACA JUGA:Mahasiswa UNRI Dipolisikan Rektor
BACA JUGA:Kopi Sumsel Bakal Mendunia?