Banyak Lulusan Sarjana Jadi Pengangguran, ini Alsannya
Fenomena meningkatnya jumlah sarjana yang jadi pengangguran kini menjadi sorotan tajam dalam dinamika sosial dan ekonomi Indonesia. Setiap tahun, kampus-kampus di seluruh negeri melepas ribuan lulusan baru dengan penuh optimisme.-Istimewa-
BACA JUGA:Gedung Baru Pasca Sarjana Unbara Telah Diresmikan
Banyak perusahaan menilai fresh graduate kurang menguasai kemampuan praktis seperti problem solving, komunikasi efektif, kolaborasi, manajemen proyek, hingga kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja.
Kondisi ini membuat perusahaan kerap lebih memilih kandidat berpengalaman meski tanpa gelar tinggi, ketimbang sarjana baru yang belum pernah menghadapi dinamika pekerjaan nyata.
Tertinggal oleh Arus Teknologi
Perubahan teknologi yang pesat juga menambah tantangan. Otomatisasi dan digitalisasi membuat sejumlah pekerjaan tradisional hilang, digantikan oleh sistem yang lebih efisien.
Lulusan yang tidak membekali diri dengan keterampilan digital—mulai dari analisis data, coding, desain digital, sampai digital marketing—terpaksa bersaing lebih keras.
BACA JUGA:Tekankan Sarjana Mampu Lakukan Analis untuk Hadapi Tantangan Kedepan
BACA JUGA:Usulkan 1 Desa 1 Sarjana
Dunia usaha kini membutuhkan talenta yang tidak hanya pintar, tetapi juga lincah mengikuti perubahan.
Kurangnya Pengalaman Selama Kuliah
Banyak mahasiswa lulus tanpa membawa pengalaman magang, proyek riil, atau aktivitas organisasi yang dapat memperkaya CV.
Padahal, pengalaman tersebut menjadi poin penting bagi perusahaan dalam menilai kesiapan kandidat.
CV yang hanya berisi catatan akademik, tanpa pengalaman pendukung, sering kali kalah oleh kandidat yang aktif mengembangkan diri sejak awal.
Peluang Kerja Tidak Merata
Distribusi lapangan kerja yang terpusat di kota besar ikut memperparah situasi.