Waspada! Ini Risiko Terlalu Banyak Minum Kopi bagi Wanita

Ilustrasi Risiko Terlalu Banyak Minum Kopi bagi Wanita -istockphoto-
OKU EKSPRES COM - Bagi banyak orang, secangkir kopi di pagi hari adalah “ritual” yang membantu memulai aktivitas dengan semangat. Kandungan kafein di dalamnya mampu meningkatkan energi, membuat tubuh lebih fokus, serta memberi dorongan motivasi.
Bahkan, jika dikonsumsi dalam jumlah wajar, kopi dapat memberi manfaat kesehatan secara keseluruhan.
Namun, manfaat tersebut hanya berlaku jika asupannya tidak berlebihan. Mengonsumsi kopi terlalu banyak justru bisa memicu masalah kesehatan, seperti detak jantung yang lebih cepat hingga gangguan tidur di malam hari. Pada wanita, efek negatifnya bahkan bisa lebih berisiko.
Mengapa Wanita Perlu Membatasi Asupan Kopi?
1. Proses Metabolisme Kafein Lebih Lambat
Tubuh wanita memproses kafein lebih lambat dibandingkan pria. Hal ini membuat efek kafein bertahan lebih lama di dalam tubuh. Terlebih jika diminum saat perut kosong, kopi dapat memberikan dampak negatif, mulai dari rasa tidak nyaman pada perut hingga gangguan pada fungsi tubuh tertentu.
BACA JUGA:Waspada! Dampak Negatif Kebanyakan Minum Kopi bagi Jantung dan Kesehatan
BACA JUGA:Kopi Tanpa Gula: Pilihan Sehat untuk Menjaga Berat Badan
2. Mengganggu Keseimbangan Hormon
Kafein dapat memicu peningkatan hormon kortisol atau hormon stres. Meski tidak selalu buruk, kadar kortisol yang tinggi dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengendalikan peradangan. Jika disertai dengan kurang tidur akibat efek kafein, keseimbangan hormon tubuh wanita bisa semakin terganggu.
3. Meningkatkan Risiko Kista
Asupan kafein berlebih dikaitkan dengan peningkatan risiko terbentuknya kista di payudara, terutama pada wanita dengan riwayat PCOS, endometriosis, kista ovarium, atau payudara fibrokistik. Pada kondisi tersebut, konsumsi kopi sebaiknya dibatasi atau dihindari.
4. Potensi Mengurangi Kesuburan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak kafein dapat memengaruhi ovulasi, sehingga berpotensi menurunkan peluang kehamilan. Hal ini diduga terkait dengan meningkatnya kadar kortisol dan tekanan pada fungsi adrenal.