Beban Negara
Prabowo bersama anak-anak yang selama ini terlibat dalam Festival Pacu Jalur di Riau. -Disway-
Yang sama dengan zaman Jokowi adalah kepekaan terhadap seni apa yang lagi super viral. Dulu ada penyanyi Farel "Ojo dibandingke" Prayogo. Lalu ada penyanyi wanita tuna netra yang sempat sampai American Idol: Putri Ariani.
Tahun ini yang lagi super viral adalah tari dayung Pacu Jalur. Dari Riau. Sampai mendunia. Maka didatangkan ke Istana Negara. Pacu Jalur ditampilkan dengan koreografi air dan perahu.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Puncak pesta di Istana itu Anda sudah tahu, lagu dari NTT: Tabola Bale. Lagu Timor. Lagu ritmis. Biasa untuk pesta rakyat di sana. Aslinya memang ditampilkan secara masal.
Maka tumpahlah undangan ke halaman Istana. Ikut berjoget ria. Pun Presiden Prabowo. Ikut berjoget. Dan yang mencolok disorot: istri Presiden Jokowi, Ibu Iriana. Dia bangkit dari tempat duduknyi. Sendirian. Berjoget sendiri. Yang di sekitarnyi tidak ada yang ikut bangkit berjoget.
Saya selalu menikmati "joget komando". Yakni jogetnya tentara. Ternyata semua pasukan pelaku upacara di halaman Istana ini ikut berjoget: joget komando. Bukan joget dangdut. Semua pasukan ternyata bisa melakukannya. Jogetnya lebih ritmis. Sayang kamera kurang menyorot joget komando ini.
Tapi saya memuji kejelian mata kameraman kemarin: sesekali menyorot adegan yang sangat menarik dan unik: dua burung merpati putih bertengger lama di atas topi putih seorang tentara dalam pasukan. Sangat menarik. Jeli sekali mata kameraman.
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
Tentu fokus acara kemarin tetaplah Presiden Prabowo. Wajahnya segar. Pedalaman jiwanya seperti sangat bahagia.
Saya sendiri ikut acara proklamasi kemedekaan di RT saya. Yakni di acara syukuran tanggal 16 malam. Kebetulan salah satu warga RT ini pernah jadi Panglima TNI. Ikut hadir. Ia tetangga sebelah rumah saya: Jenderal Yudo Margono.
Kami sama-sama anak petani. Awalnya ia tidak tahu apa itu Akabri. Tapi oleh teman-temannya sesama lulusan SMA Negeri Caruban diajak mendaftar. Sembilan orang. Ternyata hanya Yudo yang diterima di Akabri.
Ia bisa menjalani latihan kemiliteran dengan baik. Waktu SMA ia naik sepeda ke sekolahnya 11 km. Tiap hari. Sehari 22 km. Biasa mencangkul. Kerja fisik. Di sawah. Biasa berenang di sungai. Tidak ada yang sulit.