Gangguan Komunikasi Otak dan Jantung: Mengenal Hipotensi Saraf

Ilustrasi Hipotensi Saraf -primayahospital-
Namun pada penderita NMH, terjadi “miskomunikasi” antara otak dan jantung. Saat tubuh justru membutuhkan detak jantung lebih cepat untuk mengalirkan darah ke otak, otak malah memberi sinyal untuk memperlambat denyut jantung. Akibatnya, aliran darah ke otak berkurang, menimbulkan pusing hingga pingsan.
Ketika seseorang pingsan, posisi tubuh otomatis mendatar sehingga gravitasi tidak lagi menghambat aliran darah ke otak. Setelah sadar, penderita sering kali merasa lemah, lesu, bahkan mengalami penurunan konsentrasi.
Gejala Neurally Mediated Hypotension
Beberapa tanda yang sering muncul antara lain:
Pusing ringan hingga pingsan berulang.
Kelelahan berkepanjangan setelah aktivitas fisik (24–72 jam).
Nyeri otot atau gejala mirip fibromyalgia.
Sakit kepala dan kesulitan berkonsentrasi.
Gangguan daya ingat atau kebingungan mental.
Tekanan darah yang tidak stabil.
BACA JUGA:Memahami Ragam Hipertensi: Dari Penyebab hingga Tingkat Keparahan
BACA JUGA:Waspadai Hipertensi pada Anak: Gejala Tersembunyi yang Perlu Dikenali Sejak Dini
Cara Mengelola NMH
Hipotensi saraf tidak selalu terdeteksi melalui pemeriksaan tekanan darah atau denyut jantung rutin. Kebanyakan penderita mengelola gejala dengan segera duduk atau berbaring saat merasa pusing.
Dari sisi pola makan, menjaga asupan garam perlu diperhatikan. Garam memang bisa membantu menahan cairan dalam tubuh dan mendukung kestabilan tekanan darah. Namun, pada sebagian orang, konsumsi garam berlebih justru dapat memicu hipertensi dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta stroke. Karena itu, penderita NMH disarankan membatasi asupan garam sesuai anjuran medis.