Ramu Umar

Umar Patek dan kemasan Kopi Ramu, brand kopi yang dijual di Hedon Estate.-Foto: Disway-Gus munir
"Sudah punya pekerjaan apa?" tanya drg David.
"Masih menganggur. Tidak punya pekerjaan," jawab Umar.
"Mau kerja?"
"Mau."
"Bisa apa? Punya kemampuan apa?"
"Tidak punya kemampuan apa-apa," jawabnya.
Umar Patek (tengah) bersama dr David (kiri) saat peresmian Kopi Ramu.--
Tidak punya kemampuan apa-apa itu tidak sepenuhnya benar. Di tengah nganggurnya itu, ia bergabung dengan Galeri Makro. Yakni, perkumpulan orang-orang yang punya hobi memotret dengan teknik makro. Yakni, memotret objek yang amat kecil bisa terlihat besar. Misalnya, memotret serangga.
BACA JUGA:OKU Timur Surplus Hewan Kurban, Siap Suplai ke Luar Daerah
BACA JUGA:Awal Juni Ceria, Gaji ke-13 ASN dan PPPK OKU Timur Cair!
Umar tenggelam di hobi itu. Awalnya ia memotret pakai HP yang di kameranya ditambah kamera khusus: lensbong –lensa bongkaran. Arif Basuki yang mengajari Umar memotret makro.t
"Mengajarinya dari nol. Sekarang Umar punya level 8," ujar Arif.
Banyak anggota Galeri Makro yang ikut hadir di peresmian kopi Ramu. Termasuk ketuanya: Danny Andika –tim sukses Jenderal Andika saat nyalon gubernur Jateng tahun lalu. Mereka umumnya di level 9 dan 10.
Arif dan Denny, misalnya, sudah bisa hidup dari fotografi makro. Penghasilannya dolar. Banyak foto makronya yang diunggah di Instagram. Lalu, ada yang membeli. Seperti Denny, sudah lebih 1.000 foto yang diunggah di IG.
"Anda sudah mengunggah berapa foto di IG Anda?" tanya saya kepada Umar Patek.