Krisis Bius

RSUD TC Hillers. -Foto: Disway-Gus munir

Kewajiban Remi mengabdi di NTT masih harus dua tahun lagi. Ia pilih akan tetap mengabdi di NTT tapi di kabupaten lain. Sementara ini ia ''menganggur''. Tanpa penghasilan. Ia merawat mertua yang sakit –sebagai pengganti istrinya yang dinas di Kalteng. Sang putri mertua, istri Remi, juga dokter spesialis. Tugasnyi di Palangkaraya.

Dua-duanya putra daerah asli Sikka. Kalau Remi lahir di pulau Yosefina lahir daratan Flores –sekitar 15 km sebelah timur Maumere.

Tentu Anda sudah bisa menebak: mengapa tidak ada dokter ahli anestesi yang mau ditempatkan di RSUD Hillers. Insentifnya kecil. Bebannya besar. Ukuran besar-kecil ini bandingannya adalah Ende atau Ruteng. Itu kabupaten tetangga. Nilai insentif itu hanya setengahnya. Di Ende bisa Rp 45 juta/bulan. Di Maumere Rp 20 juta.

BACA JUGA:Sohun Ikan, Pas untuk Cuaca Tak Menentu

BACA JUGA:Penyebab dan Cara Mengatasi Rambut Rontok

Direktur RSUD Hillers, seorang wanita. dr Clara. Dokter umum. S-2 nyi di bidang kesehatan masyarakat. Clara orang baik. Dia setuju dengan usulan penambahan dokter anestesi. Agar biar pun insentif tidak naik tapi beban bisa berkurang.

Tapi Pemkab Sikka tidak bisa memenuhi permintaan itu. Alasannya: tidak ada anggaran. Pemkab tidak punya cukup uang untuk itu. Sudah bertahun-tahun alasannya sama.

Bupati baru Sikka, Juventus Prima Yoris Kago, kena getahnya. Begitu terpilih ia kalang kabut. Ia sudah langsung setuju penambahan ahli anestesi. Tidak bisa segera dapat.

RS Hillers adalah RS rujukan. Dokter di RS kabupaten lain bisa mengirim pasien ke Hillers. Misalkan jumlah yang harus dibius banyak. Kirim saja ke Hillers. Dokter di Hillers tidak bisa mengurangi beban dengan cara merujuk pasien ke RS lain. RS rujukan di atas Hillers adalah Kupang, di pulau Timor. Tidak mungkin.

BACA JUGA:Candi BVumi Ayu Tetap Kokoh Sejak Abad 8 Masehi

BACA JUGA:Beberkan Kendala Program MBG

Berarti bupati Sikka memang berat. Ia harus menyadari RS Hillers lebih berat dari RS kabupaten lain.

Nama Hillers diambil dari nama dokter misionaris asal Suriname yang pernah mengabdi di Sikka.

Jelaslah bahwa jumlah dokter ahli kian kurang. Kian tahun kekurangan itu kian terasa –kalau tidak ada pemikiran baru di bidang pendidikan spesialis.

Belakangan ini dua nama dokter di Sikka itu jadi bulan-bulanan media. Ada yang menulis: dua dokter itu mogok akibat insentif yang kurang. Kesannya: melanggar sumpah dokter.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan