Relawan Jantung

Operasi bedah jantung di rumah sakit vertikal di Kupang. -Foto: Istimewa-Gus munir

Oleh: Dahlan Iskan

Pasien pertama bedah jantung di Kupang, NTT, ini seorang wanita. Guru. Bu Windy, 28 tahun. Dia itu yang dua katup jantungnya bermasalah. Terjadi kelainan di mitral (katup di jantung kiri) dan trikuspidal (katup kanan).

Setiap saat Windy merasa sesak dada. Nyeri. Apalagi kalau sedang mengajar di SD dekat Kupang. Berarti darah bersihnya tercampur darah kotor. Kemampuan darah menyerap oksigen jadi berkurang. Sesak napas.

Prof Dr Paul Tahalele, relawan ahli yang dapat tugas mengampu RSV Ben Mboi yang masih baru, harus melaksanakan operasi perdana bedah jantung di Nusa Tenggara Timur.

Dua ''ayatullah'' bedah jantung Unair turun gunung untuk NTT. Satunya lagi senior Tahalele: Prof Dr Puruhito.

BACA JUGA:Santan dan Cabai Ikut Melejit

BACA JUGA:2 Oknum TNI Kasus Tembak Polisi Bakal Dipecat

Paul Tahalele, yang lebih muda, 76 tahun, yang jadi ketua relawan pengampu. Untuk operasi perdana di wilayah perbatasan ini Paul mendatangkan tim dari RS Sanglah, Bali: 15 orang.

Berhasil. Setelah menjalani operasi Bu Windy dirawat 20 hari di rumah sakit vertikal milik pemerintah pusat itu. Windy sudah sehat. Sekarang sudah kembali mengajar tanpa sesak napas.

Operasi yang kedua pun direncanakan. Dilaksanakan. Sekaligus dua pasien. Pekan lalu: 21 dan 22 Maret 2025.

Tim yang dikirim dari RS Sanglah tidak lagi 15 orang. Tenaga lokal yang dilatih di operasi perdana sudah mulai bisa membantu. Tinggal tujuh orang yang dari Sanglah.

BACA JUGA:955 Ribu Kendaraan Meninggalkan Jabodetabek

BACA JUGA:Jay Idzes Ajak Rizky Ridho Menjajal Liga Italia

Begitulah, lambat laut RSV Ben Mboi Kupang harus bisa mandiri.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan