Disney Berpotensi Menghidupkan Kembali Animasi 2D, Tapi Belum Ada Keputusan Resmi

Animasi 2D -Foto sociaty via Instagram-Agrar
OKU EKSPRES - Sejak merilis The Princess and the Frog (2009) dan Winnie the Pooh (2011), Disney perlahan meninggalkan animasi 2D dan beralih sepenuhnya ke CGI.
Perubahan ini didorong oleh faktor efisiensi biaya serta preferensi pasar yang cenderung lebih menyukai animasi digital.
Selain itu, banyak animator tradisional telah pensiun atau beradaptasi dengan teknik digital, sehingga infrastruktur untuk memproduksi film animasi tangan semakin berkurang.
Secara finansial, animasi 2D dianggap kurang menguntungkan karena kegagalan beberapa film sebelumnya.
BACA JUGA:Lakukan Ujian SAS dan SAJ dengan Sistem CAT
BACA JUGA:Rumuskan Perencanaan Strategis, PLN Lakukan Monitoring Kinerja
Namun, sejumlah pihak menilai bahwa bukan format animasinya yang menjadi masalah, melainkan kualitas cerita yang disajikan.
Disney sendiri masih menggunakan teknik pencil test dalam produksi CGI mereka, yang menunjukkan bahwa animasi tangan masih memiliki tempat dalam proses kreatif mereka.
Banyak penggemar terus merindukan pesona film klasik seperti Beauty and the Beast dan Aladdin, yang dinilai memiliki daya tarik unik dibandingkan animasi CGI modern.
Beberapa pakar industri juga berpendapat bahwa kembalinya animasi 2D bisa menjadi strategi bagi Disney untuk menghadirkan variasi visual dan membedakan diri dari pesaing.
BACA JUGA:Intel Bagikan Takjil Kepada Pemulung
BACA JUGA:Penerimaan Keuangan Sumsel Tumbuh Sekitar 27 Persen, Gubernur Dorong Efisiensi Anggaran Daerah
Meski belum ada pengumuman resmi mengenai produksi film animasi tangan baru, Disney mulai bereksperimen dengan penggabungan berbagai gaya animasi dalam beberapa proyek terbaru. Ini memberi harapan bahwa suatu hari nanti, keajaiban animasi 2D bisa kembali menghiasi layar lebar.