Pemerintahan Sederhana
Ilustrasi sederhana-Photo: istimewa-Gus munir
Rakyat Amerika sudah marah dengan naiknya harga-harga. Termasuk harga sewa rumah. Juga harga energi. Itu tercermin dari angka inflasi. Daya beli rakyat kian lemah.
Pemilu di Amerika barusan boleh dibilang merupakan "kemenangan" rakyat Amerika. Bukan kemenangan Trump semata.
Mereka pilih Trump karena melihat langkah ekonominya yang konkret. Sedang Kamala Harris, capres Partai Demokrat, lebih menawarkan demokrasi dan kebebasan.
BACA JUGA:3 Bandara Masih Ditutup
BACA JUGA:Artis yang Jadi Pejabat Hati-hati, Ini Kata KPK
Rakyat lebih memilih pembangunan ekonomi.
Kamala --kalau dibalik menjadi alamak-- dianggap tidak menawarkan perbaikan ekonomi yang nyata.
Pun imigran lama ras Latino ternyata juga memilih Trump --yang anti imigran. Dibanding orang kulit putih Latino di Amerika ternyata lebih merasa terancam oleh imigran baru. Pekerjaan orang Latinolah yang akan pertama direbut oleh imigran baru. Bukan pekerjaan orang kulit putih.
Sudah 10 atau 11 calon menteri yang sudah diumumkan nama-namanya. Termasuk pejabat utama seperti Elon Musk dan Vivek.
Dua orang radikal itu akan menempati kementerian baru: Departemen Efisiensi Pemerintahan. Belum pernah ada kementerian seperti itu sebelumnya.
BACA JUGA:Menko Infra: Kita tidak tebang pilih tindak tegas mafia tanah
BACA JUGA:Mabuk Tuak Pria di Palembang Pukul Polisi
Pasti jadi. Tidak ada yang bisa membatalkan.
Penunjukan Elon Musk dan Vivek tidak perlu menunggu persetujuan Senat Amerika. Beda dengan beberapa calon menteri yang masih harus menunggu persetujuan itu.
Rasanya semua yang diinginkan Trump akan terwujud. Senat kini dikuasai Partai Republik. Pun DPR-nya Amerika. Juga mahkamah agungnya. Total: Republic takes all.