OKU EKSPRES - Mengurangi konsumsi gula pada anak harus dilakukan secara bertahap.
Seperti yang dijelaskan oleh Dr. Ir. Ali Khomsan, guru besar dalam bidang gizi masyarakat dan sumber daya keluarga di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Ali menekankan bahwa anak-anak yang terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman manis cenderung mengalami tantrum jika asupan gula mereka dikurangi secara drastis.
Hal ini disebabkan oleh pengaruh gula terhadap tingkat energi dan suasana hati anak.
BACA JUGA:Nasabah BRI Sekayu Bawa Pulang Mobil Mewah di Undian Simpedes 2024
BACA JUGA:Lawan PSPS, Ajang Kebangkitan Sriwijaya FC
Penurunan asupan gula yang tiba-tiba dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kegelisahan, dan kemarahan pada anak.
Oleh karena itu, disarankan agar pengurangan asupan gula dilakukan secara bertahap, memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan jumlah gula yang lebih sedikit.
Orang tua disarankan untuk secara bertahap mengurangi takaran gula dalam minuman anak. Mereka juga dapat memilih minuman kemasan dengan label ‘less sugar’ atau rendah gula.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang gizi, sehingga dapat menjadi contoh yang baik dalam menerapkan pola makan sehat.
BACA JUGA:PLN Dukung Ekosistem Investasi Hijau, Bantu Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8%
BACA JUGA:Mulai Dari Pemuda, Petani hingga Nelayan Solid Dukung Lucianty - Syaparuddin
Pola hidup orang tua, terutama ibu, sangat berpengaruh terhadap kebiasaan anak. Menurut Dr. Ir. Ali Khomsan, asupan gula yang disarankan untuk anak usia sekolah adalah sekitar 25 gram per hari.
Untuk mengetahui porsi gula yang tepat bagi keluarga, jumlah gram gula yang dibeli bisa dibagi antara seluruh anggota keluarga.
Sementara itu, untuk minuman kemasan, orang tua dapat merujuk pada tabel gizi yang terdapat pada kemasan.