BACA JUGA:TIPS Menyimpan Sayuran di Kulkas Agar tetap segar
BACA JUGA:Manfaat Bawang Merah Yang Jarang Diketahui Bagi Kesehatan
Tidak harus membayar. Begitu melewati gerbang, tangga nan lebar bertingkat-tingkat harus ditanjaki. Untuk mencapai halaman gedung museum harus mendaki sekitar 90 anak tangga. Maka gedung museum itu pun terasa gagah.
Bentuk gedungnya pakua: segi delapan. Di tengah-tengah gedung itulah patung besar Liem Sioe Liong ditempatkan. Posisinya duduk di kursi. Warna patungnya putih polos. Posisi duduknya mengingatkan saya pada patung Presiden Abraham Lincoln di Washington DC.
Hanya patung itu satu-satunya benda di lobi pendopo di tengah-tengah gedung. Saya sebut pendopo karena plafon lobi yang luas itu bukan gaya Tiongkok. Kesan saya lebih mirip gaya joglo Jawa.
Ada empat ruang besar di kanan kiri lobi tengah itu. Ruang satu berisi kisah masa kecil Liem Sioe Liong. Sejak dilahirkan sampai berangkat merantau ke Nan Yang.
BACA JUGA:7 Manfaat Masker Putih Telur untuk Wajah
BACA JUGA:Cara Menyimpan Bawang Putih Cincang Agar Awet
Bagi saya inilah ruang yang paling menarik. Bagaimana Liem dibesarkan. Bagaimana ia terkesan dengan ayahnya yang membagi habis nasi untuk anak-anaknya tanpa menyisakan untuk dirinya sendiri.
Liem juga teringat bagaimana dipukul ayahnya ketika ia ketahuan berbohong. "Kamu harus ingat seumur hidupmu tidak boleh bohong".
Saya menghabiskan waktu hampir dua jam di ruang satu ini. Foto-foto lamanya sangat menarik.
Foto ulang tahun pernikahan ke-50 Liem Sioe Liong dan istri.--
Di ruang dua berkisah tentang awal mulanya menjadi pedagang kecil. Lalu bertumbuh. Orang yang ia anggap berjasa dalam karier dagangnya adalah orang Padang. Namanya Hasan Din.
BACA JUGA:Jordi Amat Absen Lawan Tiongkok
BACA JUGA:Lawan China, Indonesia Wajib Menang !
Liem mengenangnya sebagai penyebab hoki-nya.