SUMSEL, OKU EKSPRES - Selama musim kemarau ini, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) telah terjadi di 12 daerah.
Berdasarkan analisis citra udara oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), tercatat dari Januari hingga 31 Juli, luas lahan yang terbakar mencapai 750,83 hektare.
Dari jumlah tersebut, 308,56 hektare adalah lahan gambut, sementara 442,26 hektare adalah lahan mineral.
Daerah yang paling terdampak oleh karhutla adalah Musi Banyuasin (Muba) dengan 255,39 hektare, disusul oleh OKI dengan 124,25 hektare, Musi Rawas Utara (Muratara) sebesar 91,81 hektare, dan PALI yang terdampak 68,88 hektare.
BACA JUGA:Ibu dan Anak Dari Partai dan Dapil yang Sama Sukses Dilantik Jadi Anggota DPRD OKU Timur
BACA JUGA:Pemkot Palembang Naikkan Insentif RT/RW, Segini Besaran Kenaikannya
Selanjutnya, kebakaran juga terjadi di Banyuasin seluas 48 hektare, Ogan Ilir dengan 46,52 hektare, Muara Enim 36,10 hektare, serta OKU Timur yang terdampak 32,99 hektare.
Daerah lain seperti OKU, Musi Rawas (Mura), Prabumulih, dan Palembang juga mengalami kebakaran dengan luas lahan yang terbakar masing-masing 21,84 hektare, 16,64 hektare, 7,81 hektare, dan 0,60 hektare.
Karhutla diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir musim kemarau. Untuk menghadapi situasi ini, BPBD Sumsel telah mendirikan empat posko satuan tugas (satgas) pemadaman darat yang akan membantu satgas darat di daerah.
Menurut Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, posko-posko ini didirikan di Ogan Ilir dan Palemraya, yang memiliki banyak titik api dekat tol.
BACA JUGA:PPP Resmi Dukung Nasrun Umar - Lia Anggraini di Pilkada Muara Enim dan Lanosin - Yudha di OKU Timur
BACA JUGA:Resep untuk Camilan yang Menggugah Selera: Potato Wedges
Serta di Tanjung Lago Banyuasin dan Kantor BPBD Sumsel yang bertugas mendukung daerah perbatasan Kota Palembang dengan Kabupaten Banyuasin dan Ogan Ilir.
Sudirman juga menyebutkan bahwa saat ini kendala utama yang dihadapi satgas di lapangan adalah mulai berkurangnya sumber air. “Serta jarak lokasi karhutla yang cukup jauh,” ungkap Sudirman.
Selain itu, kondisi cuaca dengan angin kencang turut mempercepat penyebaran api. Untuk mengatasi hal tersebut, delapan helikopter water bombing secara bergantian melakukan pemadaman dan pembasahan lahan, sementara dua helikopter patroli juga turut dikerahkan.