Di jalan-jalan saya menemukan banyak mobil listrik dengan merek yang belum pernah saya lihat. Juga bukan yang 14 di atas. Misalnya yang di foto itu: coba baca, merek apa itu.
Tapi lihatlah desain mobil itu: cantik sekali. Di zaman ini rasanya merek apa pun mobilnya tidak ada yang konyol desainnya. Pun mobil semurah apa pun desainnya tidak ada yang murahan.
BACA JUGA:Viral di Medsos, Suami Pergoki Istri 'Ngamar' dengan PIL
BACA JUGA:Rinov/Pitha Akhiri Dahaga Gelar
Dari kota San-Ya ke Haikou itu misalnya saya naik sedan. Belum saya kenal. Desain luar dalamnya menggiurkan. Saya pelototi apa mereknya. Hanya ada tulisan Mandarin. Untung saya tahu apa itu: Chery. Bikinan provinsi paling miskin: Guangxi. Berbatasan dengan Laos. Setahu saya Chery itu mobil kecil murahan. Ternyata kini sudah memproduksi sedan besar yang begitu menggiurkan. Sekali isi listrik bisa untuk 600 km.
Maka dari San-Ya ke Haikou (250 km) tanpa harus isi ulang. Sepanjang jalan saya bisa menikmati pemandangan alam pulau Hainan: serasa di Indonesia. Banyak pohon kelapa. Di bagian tengahnya begitu banyak pohon pinang.
Hainan memang identik dengan kelapa. Pinang. Nanas. Mangga.
Sudah ada krim wajah dan kulit yang terbuat dari santan kelapa. Terlihat modern. Di toko kosmetik, krim santan itu bisa disandingkan dengan krim Eropa merek Nivea, The Body shop, LOccitane atau Aesop. Ada lagi produk kelapa yang laris. Anda sudah tahu: santan encer. Baik dikalengkan maupun dikartonkan.
Kita juga punya 'kota kelapa: Manado. Tapi baru di Haikou ini saya lihat wali kotanya berani melakukan penghijauan kota dengan menanam pohon kelapa.
BACA JUGA:Presenter Hilbram Dunar Meninggal Dunia
BACA JUGA:Penganiayaan Anak Selebgram Emy Dilatari Korban Tolak Obat Luka Cakar
Maka di pusat kota Haikou, di trotoarnya, berderet pohon kelapa. Tanpa dikebiri. Buah kelapanya dibiarkan membesar di sela-sela tangkai daunnya.
Berbeda dengan di pantai-pantai di Bali. Semua pohon kelapanya disunat: agar tidak ada wisatawan yang kepalanya kejatuhan kelapa.
Kota-kota level empat di Tiongkok ini telah berubah begini modernnya. Kalau saya menyebut nama Tasik, Tegal, dan seterusnya hanyalah untuk menggambarkan level kotanya. Bukan ukurannya –apalagi modernitas dan kekuatan ekonominya.
Jarak bumi-langit belum cukup jauh untuk menggambarkan perbedaannya. (*)
BACA JUGA:Resep Itiak Lado Mudo, Masakan Lezat untuk Menu Sahur