"Net profit marginnya sekitar 14 persen. Luar biasa untuk perusahaan tekstil," ujar Seto.
Malam itu Seto melewatkan malam di Ningbo. Pagi-pagi terbang ke lebih selatan: Shenzhen. Ia harus bertemu dengan perusahaan mobil yang Anda sudah tahu: BYD. Orang Tiongkok mengucapkannya dengan ''piyati.
Di Piyati pun Seto merapatkan finalisasi 'wait and see'' yang kemarin: dipastikan jalan. Bulan depan akan ada pengumuman resmi relokasi pabrik Piyati ke Indonesia. Tidak perlu menunggu pelantikan presiden baru.
"Targetnya di awal 2026 pabrik mereka bisa berproduksi secara komersial," ujar Seto.
BACA JUGA:Stok Beras di Banyuasin Aman
BACA JUGA:Berbagi Takjil ke Pengguna Jalan
Saya termasuk yang mengunjungi pameran mobil di PRJ Kemayoran bulan lalu. Piyati seperti menguasai area pameran. Salah satu mobil listrik yang menarik perhatian adalah: Denza D9. Mirip sekali dengan Toyota Alphard. Lebih mewah. Bisa 650 km/sekali charging.
Saya lihat masih stir kiri. Coba saja sudah stir kanan rasanya ingin langsung saya bawa pulang.
Piyati sudah siap membeli tanah 109 hektare. Rezeki nomplok bagi kawasan industri yang lagi lesu.
"Mungkin ini berkah Ramadan," simpulnya.
Seto lega biar pun di bulan puasa bisa menjangkau tiga kota, dalam tiga hari, untuk tiga komitmen investasi. (*)
BACA JUGA:Penyelundupan 88,2 Ton Batubara Ilegal Dihentikan di OKU
BACA JUGA:Bandara SMB II Tersibuk saat Lebaran