OKU EKSPRES.COM- Banyak orang masih salah memahami demensia sebagai sebuah penyakit. Padahal, demensia sebenarnya bukan penyakit tunggal, melainkan kumpulan gejala yang memengaruhi kemampuan berpikir, mengingat, dan berkomunikasi secara signifikan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari pengidapnya.
Singkatnya, demensia adalah tanda atau gejala dari penyakit tertentu, salah satunya Alzheimer. Sayangnya, masih banyak beredar mitos yang membuat masyarakat salah kaprah dalam memahami kondisi ini. Supaya tidak keliru, yuk kenali beberapa mitos seputar demensia yang sering dipercaya, beserta faktanya.
Mitos dan Fakta Seputar Demensia
1. Demensia adalah Bagian dari Penuaan
Banyak orang mengira pikun dan demensia adalah hal yang wajar dialami seiring bertambahnya usia. Faktanya, tidak semua orang tua pasti mengalami demensia. Kondisi ini bukan bagian normal dari proses penuaan, melainkan akibat kerusakan sel saraf di otak. Bahkan, demensia bisa dialami oleh orang berusia muda jika memiliki faktor risiko tertentu.
2. Demensia Tidak Dapat Diobati
Memang belum ada obat yang bisa menyembuhkan demensia sepenuhnya, tetapi bukan berarti kondisi ini tidak bisa ditangani. Deteksi dan penanganan sejak dini dapat membantu memperlambat perkembangan gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah komplikasi. Terapi dan pengobatan yang tepat juga dapat membantu menjaga fungsi otak agar tetap optimal.
BACA JUGA:Waspada! Stroke Bisa Jadi Pemicu Terjadinya Demensia
BACA JUGA:Waspada! Penyakit Sehari-Hari yang Bisa Berujung pada Demensia
3. Demensia dan Alzheimer Itu Sama
Banyak yang menyamakan Alzheimer dengan demensia, padahal keduanya berbeda. Alzheimer merupakan salah satu penyebab demensia, tetapi tidak semua demensia disebabkan oleh Alzheimer. Dengan kata lain, Alzheimer termasuk dalam jenis demensia, namun demensia tidak selalu berarti Alzheimer.
4. Demensia Merupakan Penyakit Keturunan
Sebagian besar kasus demensia tidak diwariskan secara genetik. Hanya beberapa jenis demensia langka yang memiliki keterkaitan dengan faktor keturunan. Jadi, memiliki anggota keluarga dengan demensia tidak serta merta membuat seseorang pasti mengalaminya. Faktor gaya hidup dan kesehatan otak lebih berpengaruh besar terhadap risiko seseorang terkena demensia.
5. Demensia Tidak Bisa Dicegah
Faktanya, risiko demensia bisa dikurangi dengan menerapkan gaya hidup sehat sejak dini. Mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga rutin, tidak merokok, menjaga tekanan darah, serta tetap aktif secara mental dan sosial dapat membantu menjaga fungsi otak. Pencegahan ini sebaiknya dimulai sejak usia muda, bukan menunggu sampai tua.