Riset yang dipublikasikan di arXiv menunjukkan bahwa paparan konten singkat dapat merusak prospective memory atau kemampuan otak dalam mengingat rencana dan aktivitas yang harus dilakukan.
Fenomena yang kerap disebut “TikTok Brain” ini membuat anak terbiasa mencari stimulasi instan, sehingga sulit untuk memahami informasi yang lebih kompleks atau membutuhkan konsentrasi tinggi.
Gangguan Emosi dan Sosialisasi
Apabila kebiasaan ini dibiarkan, anak berisiko mengalami kesulitan dalam mengatur emosi.
Mereka cenderung lebih cepat bosan, impulsif, serta bergantung pada hiburan digital untuk merasa senang. Kondisi ini berpotensi merusak keterampilan sosial, menghambat empati, serta mengurangi kemampuan komunikasi dalam interaksi nyata.
BACA JUGA:Rekam Video Sekelas Studio? Bisa! Ini Alasan iPhone 16 Pro Max Disukai Kreator
Dampak Jangka Panjang
Studi dari International Journal of Indian Psychology menegaskan bahwa konsumsi video singkat yang berlebihan mendorong terjadinya fragmentasi perhatian, yaitu kecenderungan berpindah fokus terlalu cepat tanpa mendalami informasi.
Akibatnya, anak kesulitan mengasah kemampuan berpikir kritis dan belajar dalam jangka panjang, yang pada akhirnya dapat melemahkan daya saing akademik mereka.
Selain itu, paparan cahaya biru dari layar ponsel di malam hari terbukti menekan produksi hormon melatonin, yang berfungsi mengatur siklus tidur.
Riset dalam BioMed Central dan laporan Financial Times menjelaskan bahwa gangguan tidur ini berdampak pada turunnya stamina, suasana hati yang mudah berubah, serta konsentrasi yang menurun di sekolah.
BACA JUGA:Samsung Galaxy S25 Ultra Hadirkan Inovasi Terbaru, Kualitas Video di Tempat Gelap
BACA JUGA:Siswa SMPN 1 Muaradua Juara Dua Lomba Video Kreatif Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025
Anak yang kelelahan juga lebih sulit mengendalikan emosi, sehingga memengaruhi hubungan sosial dan interaksi sehari-hari.