"Kami tidak sanggup nyetok beras banyak-banyak karena harga sudah mahal. Ini stok beras yang tersisa. Jadi mending jual jajanan anak-anak dan sembako lain yang harganya tidak naik. Yang penting modal warung mutar," ujarnya.(
Pasalnya stok pupuk subsidi yang kuota dikurangi menyebabkan petani banyak yang membeli pupuk non subsidi. "Ya senang dengan harga beras yang naik ini mas. Kuota pupuk subsidi saat ini dikurangi oleh pemerintah. Jadi kami petani membeli pupuk non subsidi tentunya menambah biaya yang cukup mahal," ujarnya.
Sedangkan, Vivin salah satu warga Desa Perjaya, Kecamatan Martapura mengatakan, bahwa harga beras warung sudah sekitar satu bulan yang lalu mengalami kenaikan.
Harga beras semulanya Rp 15.000 per kilogram kini naik sebanyak Rp 2.000 per kilogram menjadi Rp 17.000. "Dengan naiknya harga beras ini membuat saya berhemat. Saya jadi ngirit ngurangi porsi beli beras. Biasanya saya beli yang kemasan 10 kilogram sekarang jadi beli per kilogram," ujarnya.
BACA JUGA:Dukung Pariwisata Danau Ranau, Bangun Plaza Kuliner
BACA JUGA:298 Warga Binaan Nyoblos di Lapas IIB Muaradua
Ia juga berharap, harga beras bisa kembali normal seperti semula. Jika pun naik, harganya tidak setinggi saat ini. "Bulan lalu juga masih ada beras harga Rp 15.000 per kilogram, sekarang sudah mencapai Rp 17.000. Bahkan jika yang premium bisa mencapai Rp 15.000 lebih," pungkasnya.(*)
BACA JUGA:Coblos Bersama Istri, Keliling Tinjau TPS
BACA JUGA:Nyoblos Bersama Keluarga, Teddy Berharap Partisipasi Pemilih di OKU Meningkat