Waspada Fase Kritis! Inilah Alasan Cairan Sangat Penting Saat Anak Terkena DBD

Jumat 01 Aug 2025 - 16:03 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

OKU EKSPRES COM - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit menular yang banyak mengancam anak-anak di wilayah tropis, termasuk Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini bisa menimbulkan gejala ringan hingga komplikasi serius yang berbahaya bila tidak ditangani dengan cepat.

Penanganan DBD pada anak umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan serta kondisi tubuhnya. Secara umum, infeksi virus dengue dibedakan menjadi dua kategori, yaitu demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD). Gejala pada DD biasanya lebih ringan, sedangkan pada DBD, gejala bisa berkembang lebih serius.

Biasanya, gejala awal DBD ditandai dengan demam tinggi yang naik turun, menggigil, nyeri sendi, sakit kepala, hingga tubuh terasa lemas. Memasuki hari keempat, risiko bahaya meningkat karena anak dapat mengalami kebocoran plasma, yang bila tidak segera diatasi dapat memicu dehidrasi berat.

Kenapa Cairan Jadi Kunci Pengobatan DBD?

Menurut dr. Melia Yunita, MSc, Sp.A, langkah utama dalam pengobatan DBD pada anak adalah memastikan asupan cairan terpenuhi dengan tepat, sambil membantu meredakan gejala dengan obat pereda panas seperti paracetamol.

BACA JUGA:Musim Hujan Aman Tanpa DBD, Begini Caranya!

BACA JUGA:Lindungi Diri dari Demam Berdarah: Kenali Pentingnya Vaksinasi DBD

Perlu diketahui, darah manusia terdiri dari bagian padat (seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit) serta bagian cair yang disebut plasma darah. Pada kondisi normal, plasma membantu menjaga kelancaran aliran darah agar fungsi tubuh tetap berjalan optimal.

Namun, pada pasien DBD, dinding pembuluh darah bisa bocor sehingga plasma merembes keluar ke jaringan tubuh. Akibatnya, sirkulasi darah terganggu karena volume cairan di pembuluh darah menurun.

dr. Melia menjelaskan, kondisi kebocoran plasma ini umumnya muncul pada fase kritis, yaitu hari ke-4 hingga ke-6 sejak gejala pertama muncul. Pada fase ini, pasien bisa kehilangan lebih dari 20% plasma darah. Cairan plasma yang bocor biasanya menumpuk di area yang memiliki rongga longgar, seperti di sekitar mata, perut, bahkan paru-paru.

Inilah alasan mengapa anak yang terkena DBD bisa mengalami mata bengkak atau kesulitan bernapas akibat penumpukan cairan di paru-paru. Oleh karena itu, memantau dan mengatur cairan tubuh pasien menjadi penanganan utama yang tidak boleh diabaikan.

BACA JUGA:Jangan Keliru! Begini Cara Bedakan Bintik Merah DBD dan Biang Keringat

BACA JUGA:Kenali DBD pada Bayi: Gejala, Perawatan, dan Langkah Pencegahannya

Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan?

Kebutuhan cairan untuk anak yang sedang terkena DBD berbeda dengan anak sehat pada umumnya. Menurut dr. Melia, kebutuhan cairan harus diperhitungkan secara cermat sesuai kondisi pasien.

Kategori :