Bebek Wuhan

Jumat 25 Apr 2025 - 20:30 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

BACA JUGA:Waspada! Ini 5 Efek Samping Kedelai Jika Dikonsumsi Berlebihan

Tapi sebenarnya tidak bisa dibanding-bandingkan begitu. Bebek Sinjai untuk lauk makan nasi. Bebek Zhou Hei Ya untuk camilan.

Bedanya lagi, seterkenal bebek Sinjai masih tetap mempertahankan cara dan gaya penyajian lamanya.

Zhou Hei Ya sudah sudah mengubah bebek dari sekadar lauk menjadi makanan ringan. Untuk lauk hanya dipakai makan dua kali. Sebagai camilan bisa dimakan kapan saja, sampai mulutnya lelah.

Dari Wuhan kami ke Chongqing. Naik pesawat. Ke arah lebih pedalaman lagi. Penerbangannya 1,5 jam.

BACA JUGA:Waspadai Makanan Pemicu Maag: Kenali Gejalanya dan Cara Pencegahannya

BACA JUGA:Cara Praktis Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut agar Tetap Sehat dan Bersih

Salah satu acaranya: ke pameran makanan. Khususnya makanan hot pot. Chongqing memang dikenal sebagai Makkah-nya hot pot. Dari sinilah makanan hot pot lahir. Merambah Tiongkok lalu mendunia.

Salah satu resto hot pot di Chongqing baru didirikan tahun 1997. Kini sudah mendunia. Bukan hanya restonya tapi juga bumbunya. Begitu restonya ngetop mulailah bikin pabrik bumbu. Jualan bumbu.

Waini sudah punya 300.000 outlet. Begitu cepatnya berkembang.

Pecel Madiun bisa seperti itu. Sekalian memperbaiki standarnya. Cabe mentah di pecel Madiun memang membuat rasanya asli, tapi tidak akan bisa disimpan lama. Akan berjamur. Bahaya. Kelemahan itu harus diatasi.

BACA JUGA:Segudang Manfaat Daun Jeruk untuk Tubuh

BACA JUGA:Motorola Luncurkan Moto Watch Fit, Smartwatch Stylish dengan Fokus pada Kebugaran dan Harga Terjangkau

Harus ada juga upaya untuk menghilangkan keraguan konsumen akan kualitas kacang tanahnya. Sudah waktunya ada pecel Madiun yang memberikan garansi: kacang tanah yang dipakai merupakan kacang pilihan. Tidak tercampur kacang busuk atau setengah busuk.

Dokter sering mengingatkan bahaya aflatoksin yang ada di kacang tanah yang seperti itu. Pecel harus bebas aflatoksin. Hanya modernisasi yang bisa menghilangkannya.

Dari tradisi untuk masa kini'' harusnya sudah tidak lagi berhenti sebagai tulisan di kemasan.(Dahlan Iskan)

Kategori :