Al Diplomat

Sabtu 01 Mar 2025 - 20:10 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

BACA JUGA:LRT Palembang Bolehkan Penumpang Makan Minum Selama Ramadan

Wartawan Kompas Suryopratomo termasuk sangat lama juga jadi duta besar di Singapura. Apalagi Djauhari Oratmangun, dubes kita di Beijing.

Di belakang gedung kedua itulah kamar saya: Wisma Indonesia. Posisinya di atas tanah lebih tinggi lagi.

Belum tahu siapa pengganti Al. Masih menunggu persetujuan pemerintah Ethiopia. Pasti akan ada. Tidak perlu merasa dibuang. Ethiopia sudah bukan yang lama. Addis Ababa sudah gemerlap memesona. Juga sudah menjadi hub bagi jalur penerbangan ke seluruh Afrika. Ethiopian Airline sudah menjadi raksasa di benua itu. Kalau pun akan ada izin untuk perusahaan penerbangan swasta, rasanya ET sudah telanjur lari jauh sekali.

Indonesia mungkin juga tidak akan menutup kedutaan di Ethiopia. Pun di saat dilakukan penghematan besar-besaran. Di antara negara ASEAN, hanya Indonesia yang punya kedutaan di sini.

BACA JUGA:5 Kebiasaan yang Sebaiknya Dihindari Saat Sahur Agar Puasa Lancar

BACA JUGA:7 Ide Outfit Bukber Non Hijab yang Sopan Tapi Tetap Stylish

Tentu duta besarnya harus menyadari pentingnya Ethiopia sebagai pemimpin ''ASEAN'-nya Afrika Timur. Kawasan ini kian strategis. Apalagi kantor sekretariat tetap Uni Afrika juga di Addis Ababa –seperti kantor ASEAN ada di Jakarta.

Dari acara perpisahan itu saya melihat pengaruh Al di kalangan cendekiawan, budayawan, dan wartawan Ethiopia.

Salah satu wartawan terkenal di sana sampai menulis buku tentang peran dan gaya kepemimpinan Al: dalam bahasa Ethiopia. Sang wartawan menyerahkan buku itu, terjemahannya, ke saya di panggung acara.

Al pun bercerita: sejak menjadi wartawan pemula ia sudah ingin membuat karya yang eksklusif. Yang tidak biasa-biasa saja. Saat ia SMA itu ada pengungsi Vietnam ke pulau Galang. Tidak ada media di Sumbar yang berusaha meliput ke sana.

BACA JUGA:Lezat dan Lembut! Resep Kue Lapis Pelangi yang Mudah Dibuat

BACA JUGA:Rahasia Sehat Ubi Ungu yang Lebih dari Sekadar Penurun Berat Badan

Al tergerak ke Galang. Tidak punya uang. Mesin ketik merek Royal-nya ia gadaikan: Rp 30.000. Ia minta surat tugas ke pemred Singgalang. Ia mengaku sudah memberi tahu orang tuanya di desa di pedalaman Payakumbuh. Memberi tahu. Bukan minta izin. Ia sudah mencoba dua kali minta izin. Tidak diizinkan.

Dengan bekal surat tugas itu Al naik bus ke Pekanbaru. Lalu naik kapal tongkang ke Tanjungpinang. Di perjalanan Al dapat kenalan. Ia diminta tidur di rumah kenalan itu. Agar tidak perlu bayar penginapan.

Seusai tugas Al pulang dulu ke Payakumbuh. Ia dapati ibunya sakit. Sang ibu jatuh sakit sejak Al pergi. Kedatangannya dipakai Al untuk minta maaf. Dan ibunya langsung sembuh. Sang ibu sempat melihat bahwa Al kelak jadi diplomat. Bahkan jadi duta besar.

Tags :
Kategori :

Terkait