Tepat waktu: pukul 07.00 mendarat di Bandara Makelle. Langsung saja saya bisa melihat kemiskinannya: bandaranya lama. Seperti peninggalan zaman penjajahan.
Ups.... Ethiopia tidak pernah dijajah. Dan ini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Ethiopia.
BACA JUGA:Label Rekaman Band Sukatani Angkat Bicara
BACA JUGA:Onadio Leonardo Mulai Belajar Tentang Islam, Bakal Mualaf?
Yang pernah dijajah adalah bagian-bagian penting Ethiopia-lama: Eritrea, Somalia, Djibouti.
Setelah penjajah pergi tiga-tiganya jadi negara merdeka. Terpisah dari Ethiopia. Tiga-tiganya punya laut: Laut Merah dan muaranya.
Tinggallah Ethiopia-baru yang terkurung: tidak punya laut. Tidak akan bisa punya pelabuhan. Terisolasi oleh bekas wilayahnya.
Seandainya empat wilayah itu tidak tercerai, mungkin Ethiopia lebih mudah bangkit. Bisa saja ia cepat jadi negara yang sangat penting: menguasai kawasan yang disebut "tanduk Afrika".
BACA JUGA:Marselino Mendapat Peringatan dari Pelatih Oxford United
BACA JUGA:Jay Idzes Dipercaya Mengenakan Ban Kapten di Venezia FC
Enam negara besar sampai sekarang pun masih "menjajah" kawasan ini. Rebutan. Saling menempatkan armada perang di "mulut" Laut Merah itu.
Kalau saja empat wilayah itu tetap satu, kita lebih mudah mengingat masa lalu: Abessinia. Itulah yang dalam sejarah agama-agama disebut negara Abessinia.
Abessinia --saya masih hafal pelajaran di buku tarikh Islam-- adalah negara Kristen. Rajanya dikenal sangat adil. Sang raja jadi pemimpin idola rakyatnya. Nabi Muhammad pun sampai meminta umatnya yang masih sedikit untuk kabur ke Abessinia. Ke negara Kristen.
Kelak, di tahun Pilkada Jakarta, muncul banyak pidato: calon pemimpin itu tidak perlu dilihat agamanya. Yang penting bisa adil atau tidak. Bisa memakmurkan rakyatnya atau menyengsarakan.
BACA JUGA:5 Inspirasi Mix & Match Kerudung Hitam yang Bikin Tampil Stylish
BACA JUGA:11 Makanan Penurun Tekanan Darah Tinggi