BACA JUGA:Kalah dari Tim Juru Kunci Championship, Ambisi Quadruple Liverpool Terkubur
Sang calon juga punya komitmen terhadap kebebasan pers. Ia/dia harus pendukung demokrasi. Bijak. Independen. Berwibawa di depan masyarakat pers. Juga punya latar belakang sebagai orang pergerakan.
"Saya tidak mencalonkan karena merasa belum di kelas itu," kata saya waktu itu.
Keriuhan ruang rapat pun reda. Tidak ada lagi yang rebutan jabatan itu. Bahkan tidak ada yang mau lagi mencalonkan diri.
Akhirnya rapat memutuskan: memilih Atmakusumah Astraatmadja sebagai ketua Dewan Pers pertama. Ia senior. Mantan pemred Harian Indonesia Raya-nya Mochtar Lubis.
BACA JUGA:Cara Efektif Mencegah Bopengan Akibat Jerawat
BACA JUGA:6 Gaya Rambut Pendek Diprediksi Jadi Tren 2025
Atmakusumah memenuhi semua syarat di atas. Ia bisa disebut tokoh kelas Langitan.
Di periode setelah Atmakusumah, berturut-turut selalu tokoh Langitan yang terpilih: mantan Ketua Mahkamah Agung yang sangat harum namanya, Prof Dr Bagir Manan.
Lalu mantan rektor UGM yang terkenal reputasi baiknya: Prof Dr Ichlasul Amal. Setelah itu Prof Dr Mohamamd Nuh DEA. Terakhir, Prof Dr Azyumardi Azra.
Selain itu saya tidak tahu lagi siapa yang jadi ketua Dewan Pers berikutnya.
BACA JUGA:Manfaat Daun Bidara: Solusi Alami untuk Kesehatan yang Lebih Baik
BACA JUGA:Daun Singkong: Sumber Nutrisi dengan Segudang Manfaat
Di masa Orde Baru, ketua Dewan Pers selalu menteri penerangan. Ketua terlama adalah Harmoko: 1983 sampai 1997 –hampir 15 tahun.
Prof Dr Komarudin Hidayat bisa jadi Langitan berikutnya. Memang Komarudin, mantan Rektor UIN Jakarta dan kini menjadi rektor UIII, adalah seorang kiai yang gila golf. Tapi tingkat permainan golf-nya pun sudah Langitan.(Dahlan Iskan)