Yos dapat hubungan untuk kuliah di Australia. Yakni di salah satu universitas di Queensland bagian utara.
Ia tidak lagi meneruskan ilmu seni lukis. Di Queenaland ia ambil ilmu sosial.
BACA JUGA:Ingatkan Warga untuk Rayakan Tahun Baru dengan Bijak
BACA JUGA:Mati Mesin di Perlintasan Tanpa Palang Ditabrak KA
"Saya ingin mengetahui masalah sosial yang begitu berat di Indonesia", katanya.
Di Queensland itu ia punya teman baik. Orang Australia. Si teman adalah seorang geolog yang unik. Ia merasa bersalah mengapa mendalami geologi yang ujung-ujungnya justru untuk merusak bumi.
Sejak itu si teman membeli tanah 100 hektare di bagian utara Australia. Ia berkebun. Ia menghidupkan tanah mati menjadi tanah subur: lewat biodynamic –hasil penelitiannya sendiri.
Di tanah 100 hektare itu si teman menanam segala macam buah dan holtikultura. Yos diajak aktif di pertanian di situ. Yos ikut mendalami tata cara menghidupkan tanah mati.
BACA JUGA:Manfaat Menyegarkan dari Teh Hangat di Pagi Hari
BACA JUGA:5 Manfaat Bawang Putih untuk Kesehatan Wanita
Jadilah Yos seorang aktivis bumi. Ia ikut menyadari bahwa bumi kita ini sekarang lagi sakit. Terlalu banyak pupuk kimia dicekokkan ke bumi.
Jadi pupuk sekaligus racun. Lama-lama racunnya yang menang: tanah pertanian kita pun mati.
Selain dapat ilmu menghidupkan tanah, Yos dapat istri di Australia. Wanita berdarah Lebanon. Punya satu anak.
Selama di Australia Yos tetap melukis. Ia menuangkan kecintaan pada bumi dan pertanian di kanvas lukisan.
BACA JUGA:Manfaat Daun Mint untuk Kesehatan
BACA JUGA:Temulawak: Rimpang Ajaib dengan Beragam Manfaat Kesehatan