OKU EKSPRES – Darah rendah dan anemia sering kali dianggap sebagai kondisi yang sama, padahal keduanya memiliki perbedaan mendasar meskipun memiliki beberapa gejala yang mirip.
Memahami perbedaan ini penting agar diagnosis dan penanganan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang dialami.
Darah rendah (hipotensi) adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah batas normal, yaitu kurang dari 90/60 mmHg, sementara tekanan darah normal biasanya berada di kisaran 120/80 mmHg.
Hipotensi dapat dipicu oleh dehidrasi, kehilangan darah, masalah jantung, atau efek samping obat tertentu. Gejalanya meliputi pusing, lemas, penglihatan kabur, hingga pingsan.
BACA JUGA:10 Cara Ampuh Mengatasi Ketombe Secara Alami dan Efektif
BACA JUGA:9 Manfaat Lari untuk Kesehatan dan Tips Berlari yang Efektif
Di sisi lain, anemia terjadi ketika kadar hemoglobin atau jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dari normal.
Hemoglobin berfungsi membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, atau penyakit kronis dapat menjadi penyebab anemia.
Gejalanya mencakup kelelahan, kelemahan, kulit pucat, detak jantung tidak teratur, dan sesak napas.
Perbedaan utama antara kedua kondisi ini terletak pada mekanisme penyebabnya. Hipotensi terkait dengan tekanan darah yang mengalir melalui pembuluh darah, sedangkan anemia berkaitan dengan jumlah atau fungsi sel darah merah dalam tubuh.
BACA JUGA:Penyebab dan Cara Mengatasi Kaki Kram Saat Tidur
BACA JUGA:7 Manfaat Susu Kedelai untuk Kesehatan Tubuh
Oleh karena itu, penanganannya pun berbeda. Hipotensi biasanya diatasi dengan menambah asupan cairan, garam, atau penyesuaian dosis obat.
Sementara itu, anemia ditangani dengan suplemen zat besi, vitamin, atau pengobatan penyakit yang menjadi akar masalahnya.
Menariknya, kedua kondisi ini bisa terjadi secara bersamaan. Misalnya, perdarahan berat dapat menyebabkan volume darah menurun (hipotensi) dan kehilangan sel darah merah (anemia) secara bersamaan.