Nano Sutiman

Prof Sutiman (kanan) bersama Dahlan Iskan.-Foto: Disway-Gus munir

Bukankah sifat gelembung akan selalu naik? Bagaimana bisa dikendalikan untuk masuk sel?

"Ukurannya kan nano. Tidak lagi terikat hukum Newton," ujar dokter Tirta yang menjadi tim inti Prof Sutiman.

Dokter Tirta orang Malang. Ahli bedah. Sudah pensiun dari dinas militer dengan pangkat kolonel. Ia ketua salah satu yayasan masyarakat Tionghoa di Malang.

BACA JUGA:Warga Kemilau Baru Ajukan Permintaan Bangunkan Pasar

BACA JUGA:Sekjen Kementerian ATR/BPN Sampaikan Capaian Sertipikat Elektronik

"Dokter selalu berorientasi ke organ. Prof Sutiman berorientasi ke sel," ujar dokter Tirta.

Cita-cita awal Sutiman sebenarnya jadi dokter. Waktu test masuk Universitas Gadjah Mada tidak lulus. Ia diterima di jurusan biologi. Sampai akhirnya jatuh cinta ke ilmu itu. Ia pun mendalami biologi molekuler.

Sutiman orang Yogyakarta. Ia lulusan SMAN 1 yang di sana disebut sebagai SMA Teladan.

Setelah menjadi dosen di UB, Sutiman mendapat beasiswa ke Jepang. Ke Nagoya University. Lanjut lagi ke Mie University. Di provinsi Mie. Antara Nagoya dan Osaka.

BACA JUGA:NASA Umumkan Peringatan, Asteroid Besar Mengarah ke Bumi

BACA JUGA:Puncak Bogor Macet Parah

Jadilah Sutiman ahli biologi sel. Istimewa. Diakui dunia. Dipercaya mengajar bidang itu di mana-mana. Termasuk di Jepang.

Sutiman pun memiliki delapan paten internasional. Salah satunya nano bubble itu.

Hubungannya yang luas dengan ilmuwan Jepang membuat Sutiman tahu: sudah ada mesin pembuat bubble. Tapi ia ingin membuat bubble yang ukuran nano.

Ia pun melakukan penelitian mendalam. Berhasil. Dengan tekanan 30 BAR gelembung ukuran nano bisa tercipta.

Tag
Share