Jaksa Terdakwa

Dahlan Iskan-Photo: istimewa-Gus munir

BACA JUGA:Kemenag dan Baznas Perkuat Data Ekosistem Zakat

BACA JUGA:Advokasi Kebijakan Pendidikan Inklusif dan Merdeka Belajar di OKU Selatan Tahun 2024

Trump kembali mendasarkan pendapatnya pada hasil perolehan suaranya: lebih besar dari Pilpres 2016. Bagaimana bisa dinyatakan kalah.

Trump hanya sekali menjawab dengan jawaban pendek. Yakni atas pertanyaan soal bagaimana pendapatnya bahwa Kamala adalah capres kulit hitam.

"I do not care about it," katanya. Trump terlihat menghindari topik yang berbau rasial. Ia takut suara ras kulit hitam memihak Kamala.

Kamala dapat angin segar. Dia pojokkan Trump dengan fakta bahwa ia pernah membangun apartemen dengan ketentuan orang kulit hitam tidak boleh membeli.

Debat ini terlalu serius. Tidak ada selingan humornya sama sekali.

BACA JUGA:Minta TNI-Polri Bawa Semangat Transformasi IKN ke Daerah

BACA JUGA:Dilecehkan Verbal, Korban Melapor

Seserius Prabowo Subianto masih bisa berjoget gemoy. Juga melahirkan istilah omon-omon. Pun celetukan viral "Mas Aniiiiiies....Mas Anies".

Ketika Trump menyerang Presiden Joe Biden berkepanjangan sebenarnya Kamala bisa menanggapinya dengan humor saja. Misalnya: "Yang you hadapi ini Kamala. Bukan Biden". Tapi Kamala pilih jawaban serius.

"Dia lebih buruk daripada Biden," ujar Trump.

"Ia tidak memenuhi syarat jadi presiden," ujar Kamala.

Ketika Kamala menyebut banyak pejabat penting di masa Trump kini mendukung dirinyi, Trump dengan enteng meremehkan mereka.

"Mereka adalah orang-orang yang saya pecat," ujar Trump. Itulah pemimpin yang tegas. Kalau kurang baik harus dipecat. "Jangan seperti Biden. Inflasi sampai gila-gilaan tidak ada yang dipecat," katanya.

Tag
Share