Jaksa Terdakwa
Wakil Presiden AS Kamala Harris berpidato mengenai Kemanusiaan selama Konvensi Nasional Demokrat 2024 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada 19 Agustus 2024-Anadolu. -Foto: getty images-Gus munir
Oleh: Dahlan Iskan
SELAMA tiga hari saya ikuti lengkap pidato Kamala Harris, Tim Walz, Barack Obama, Michelle Obama, Bill Clinton, suami Kamala, istri Walz, dan beberapa lagi.
Saya sependapat dengan Bung Mirwan Mirza: merindukan kualitas pidato pemimpin-pemimpin kita –bisa mirip pidato mereka.
Kita rasanya masih di tingkat merindukan yang lain: bansos, serangan amplop fajar....
Tiga hari itu kuota pulsa saya jebol. Konvensi Partai Demokrat Amerika Serikat telah merugikan saya: boros pulsa. Tapi terhibur.
BACA JUGA:Resep Banana cookies
BACA JUGA:Trik Jitu Menggoreng Ikan Agar Tidak Lengket dan Minyak Tidak Menyiprat
Di Jakarta saya geleng-geleng kepala atas akal-akalan agung konstitusi. Pekan lalu, di Amerika geleng kepala menikmati kualitas pidato mereka.
Memang baru pidato. Baru janji-janji di konvensi. Saya pun flash back: mencari rekaman debat cawapres –antara Kamala dan Pence empat tahun lalu. Kamala sebagai penantang, Pence sebagai incumbent.
Selama sebulan ini nama Kamala sungguh meroket. Mengejar elektabilitas Donald Trump. Pidato-pidato Kamala sangat memikat. Juga tawanyi. Humornyi. Ekspresi wajahnyi. Intonasinyi. Jargon-jargonnyi.
Lantas muncul kritik: semua itu baru pidato. Yang isinya bisa disiapkan. Bahkan beberapa pidatonyi pakai teks, teleprompt.
BACA JUGA:Sensasi Manis dan Lembut dalam Sepotong Puding Jagung yang Menggoda
BACA JUGA:Menjelajahi Dunia Boba Milk Tea: Resep Minuman Kekinian yang Wajib Dicoba
Kamala belum teruji di forum dadakan. Belum pernah melakukan konferensi pers. Belum pernah digoreng wartawan-wartawan di door stop.