Jaksa Terdakwa

Wakil Presiden AS Kamala Harris berpidato mengenai Kemanusiaan selama Konvensi Nasional Demokrat 2024 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada 19 Agustus 2024-Anadolu. -Foto: getty images-Gus munir

BACA JUGA:Seabreacher, Perahu Berteknologi Tinggi dengan Desain Mempesona yang Siap Menaklukkan Lautan

BACA JUGA:Diduga Menentang Pamerintah, Pendiri Telegram, Pavel Durov Ditahan di Prancis

"Rasanya selama ini kita hanya mendengar Kamala itu keturunan India," begitu kurang lebih cara Trump memojokkan Kamala.

Trump seperti tidak ingin Kamala diidentikkan sebagai kulit hitam. Bahaya. Bisa terjadi seperti di awal kemunculan Capres Obama. Mayoritas kulit hitam memilih Obama.

"Kok tiba-tiba mengaku kulit hitam," kira-kira begitu inti kata-kata Trump menyindir Kamala.

Situasi di lapangan memang mirip dengan di awal masa Obama. Heboh. Bergairah. ''Kamala adalah kita''. Di mana-mana.

BACA JUGA:Cristiano Ronaldo sukses meraih 1 juta subscriber hanya dalam waktu 90 menit

BACA JUGA:Apple Turunkan Harga iPhone 15, Saatnya Buru atau Tunggu iPhone 16?

Kamala memang tidak pernah masuk gorong-gorong tapi dia pernah bekerja di McDonald.

"Hanya orang dari kelas menengah yang tahu keinginan orang kelas menengah," ujar Kamala. "Konglomerat tidak akan tahu itu. Konglomerat hanya tahu dirinya sendiri".

Di situ debat ekonomi akan seru: jalan mana yang harus ditempuh agar negara maju.

Trump memilih jalan lewat orang-orang kaya. Mereka yang mampu menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Mereka yang terbukti mampu menciptakan lapangan kerja.

BACA JUGA:Tersangka Ahmad Novan Cs Didakwa Korupsi Rugikan Negara Rp3,9 Miliar

BACA JUGA:Petugas Bubarkan Aksi Balap Liar di Komplek Perkantoran Tanjung Senai Ogan Ilir

Kamala memilih jalan lewat kelas menengah. Bila kelas menengah kuat negara akan kuat. Pajak untuk mereka harus dipotong. Biaya hidup dan kesehatan mereka tidak boleh jadi objek kerakusan bisnis farmasi.

Tag
Share