7 Faktor Risiko Penyakit Alzheimer yang Perlu Ketahui untuk Mencegahnya

Reporter: Dedi Okes |

Editor: Eris Munandar |

Selasa , 13 Aug 2024 - 16:27

Ilsutrasi mengalami penyakit Alzheimer. -Foto:mommiesdaily-Dedi

7 faktor risiko penyakit alzheimer yang perlu ketahui untuk mencegahnya                            oku ekspres - penyakit alzheimer, atau sering disebut demensia, adalah gangguan progresif yang memengaruhi memori, pemikiran, dan perilaku. 
gejalanya berkembang secara bertahap dan semakin memburuk seiring waktu. 
walaupun penyebab pasti penyakit ini belum sepenuhnya dipahami, sejumlah faktor genetik, gaya hidup, dan lingkungan dianggap berkontribusi pada risiko terkena alzheimer. 
berikut adalah tujuh faktor yang dapat memengaruhi risiko alzheimer:
baca juga:tanda-tanda anemia yang sering terabaikan dan cara mencegahnya
baca juga:manfaat jus wortel untuk kesehatan
genetik
mutasi genetik
pada kasus alzheimer familial yang langka, mutasi genetik pada gen seperti app, psen1, dan psen2 dapat secara langsung menyebabkan penyakit ini.
gen risiko
gen apoe ε4 adalah faktor risiko genetik utama yang dikenal untuk alzheimer. individu yang mewarisi satu atau dua salinan gen ini memiliki kemungkinan lebih tinggi mengembangkan penyakit ini.
usia
usia adalah faktor risiko terbesar untuk alzheimer. risiko meningkat secara signifikan setelah usia 65 tahun, meskipun penyakit ini juga dapat muncul lebih awal dalam kasus alzheimer onset dini.
baca juga:alternatif sehat dan lezat untuk camilan keluarga: resep nugget tahu homemade
baca juga:cara membuat hand sanitizer anti plagiarisme
kesehatan kardiovaskular
kondisi seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas dapat meningkatkan risiko alzheimer. 
hal ini mungkin berhubungan dengan pengurangan aliran darah ke otak dan kerusakan pada pembuluh darah kecil di otak.
gaya hidup dan lingkungan
kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko alzheimer. 
sebaliknya, gaya hidup sehat dengan diet seimbang, olahraga teratur, dan aktivitas mental dapat membantu mengurangi risiko.
baca juga:resep gethuk singkong
baca juga:resep tengkleng kambing
kesehatan otak dan mental
cedera kepala yang parah atau berulang serta kondisi kesehatan mental seperti depresi yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko alzheimer.
pendidikan dan aktivitas kognitif
ada bukti bahwa pendidikan yang lebih tinggi dan keterlibatan dalam aktivitas kognitif yang merangsang.
seperti membaca, bermain permainan otak, atau kegiatan sosial, dapat mengurangi risiko alzheimer dengan membangun cadangan kognitif.
faktor biologis
di dalam otak, dua protein utama yang berperan dalam alzheimer adalah plak amiloid (penumpukan protein beta-amiloid di antara sel-sel saraf) dan kusut neurofibrillary (penumpukan protein tau di dalam sel-sel saraf). 
baca juga:5 tips menggunakan bedak setelah sunscreen, wajib pakai spons
baca juga:apakah sayuran ada yang tidak mengandung gula? berikut penjelasannya
penyebab pasti penumpukan ini dan bagaimana mereka berkontribusi pada alzheimer masih dalam penelitian.
gejala awal alzheimer meliputi kesulitan mengingat informasi baru, kebingungan tentang waktu atau tempat, serta masalah dalam menyelesaikan tugas sehari-hari dan menggunakan bahasa. 
pada tahap awal, gejala mungkin dianggap sebagai bagian normal dari penuaan. 
tahap menengah menunjukkan gejala yang lebih jelas dan memerlukan bantuan dalam aktivitas sehari-hari.
baca juga:kudapan manis yang elegan dan menggoda lidah: resep cokelat trufle kacang
baca juga:dispora dorong pemuda oku untuk berinovasi terbarukan
sementara pada tahap lanjut, individu mungkin kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi, mengenali anggota keluarga, dan mengendalikan gerakan.
diagnosis alzheimer dilakukan melalui evaluasi medis yang mencakup pemeriksaan fisik dan neurologis, tes mental dan neuropsikologis, serta pencitraan otak seperti mri atau ct scan. 
meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan alzheimer, obat-obatan seperti donepezil, rivastigmine, dan memantine dapat membantu meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. 
terapi non-farmakologis, seperti terapi kognitif dan aktivitas fisik, juga penting dalam pengelolaan penyakit ini. 
baca juga:oku timur tetapkan raperda perubahan apbd 2024
baca juga:atasi angka stunting, gandeng bidan desa hingga kader posyandu
dukungan emosional untuk individu dan keluarga sangat penting dalam menghadapi dampak penyakit alzheimer. (*)