Triple Seto
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
BACA JUGA:Tips Jaga Tubuh Tetap Sehat dan Produktif Selama Berpuasa Ramadhan
BACA JUGA:Samsung Galaxy M35 5G Dikabarkan Segera Dirilis di Indonesia, Cek Spesifikasinya !
"Mirip dengan Sriteks Solo yang kini lagi kesulitan besar itu?" tanya saya dalam hati. Tentu Seto tidak mendengar pertanyaan saya itu.
Saya tahu jawab Seto: tidak sama. Saking terintegrasinya perusahaan tekstil Ningbo ini sampai menyuplai kebutuhan pabrik-pabrik besar Amerika-Eropa seperti Nike, Adidas, Puma dan Uniqlo. "Ia jadi seperti Foxconn-nya Apple," ujar Seto.
Kesan mendalam lainnya: chairman perusahaan itu sangat humble dan sederhana. "Kalau kita ketemu di jalan, kita tidak akan mengira kalau orang ini punya kekayaan sekitar Rp 102 triliun," ujar Seto. Angka itu ia dapat dari Forbes.
Seto bertemu langsung dengan sang chairman. Rapatnya dua jam. Satu jam lagi untuk meninjau pabrik.
Seto dapat cerita bahwa seluruh hidup sang chairman dihabiskan di pabrik. Sejak masih kecil. Pabrik itu didirikan oleh ayahnya.
BACA JUGA:Tak Mau Kalah Saing, Vivo Bakal Luncurkan Tablet Vivo Pad 3, Intip Spesifikasinya !
BACA JUGA:Penerimaan CPNS 2024, Catat Waktu dan Dokumen yang Perlu Dipersiapkan
Perusahaan ini juga memastikan investasi yang dulunya berstatus wait and see''. Mereka sudah melakukan pembicaraan tahap akhir dengan salah satu kawasan Industri di Jawa Barat. Ia perlu tanah sekitar 60 hektare.
Investasinya memang tidak sebesar yang pabrik kaca tapi daya serap tenaga kerjanya tinggi: 10.000 orang.
Bukan hanya soal tenaga kerja yang mengesankan Seto. Juga perlakuan pada karyawan mereka. "Semua karyawan disediakan asrama dan makan. Tiga kali sehari. Termasuk untuk keluarga. Semua," ujar Seto.
Ia diajak keliling asrama itu. Melongok ke dalam kamar. Type 30 m2. Untuk dua orang.
Yang seperti itu tidak hanya di Ningbo. Di perusahaannya yang di Vietnam dan Kamboja pun sama. Pun yang di Jawa Barat nanti.
"Saya pun bertanya kepada sang chairman: kenapa melakukan itu semua. Bukankah akan menambah biaya produksi?" ujar Seto.