Hati Nikah
Nisa (kanan), tiba di RS di Beijing. -Disway-
BACA JUGA:260 Disway
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
Lalu saya bertanya hal yang sama: soal perasaan suami. "Kalau kekhawatiran Mas Olik kira-kira di level berapa?" Olik adalah panggilan sang suami.
"Mungkin di level lima," jawabnyi.
Saya tidak bertanya langsung ke Mas Olik. Tidak tega. Di perjalanan ini ia di kursi roda. Terlihat menderita. Kesakitan.
Saya hampir tidak pernah bicara dengan Mas Olik. Waktu di rumahnya pun saya lebih banyak bicara dengan ayahnya: Haji Mukri. Mas Olik mendengarkan sambil tergolek di tempat tidur. Sesak napas. Perutnya membesar. Sirosis hatinya sudah sangat parah. Akibatnya, hati tidak bisa memproduksi albumin.
Anda sudah tahu: salah satu tugas albumin adalah menahan air agar tidak bocor ke jaringan. Agar tetap bersama darah. Agar airnya dikirim oleh darah ke ginjal. Dicuci di situ: air kotornya dikeluarkan menjadi air seni.
Dalam kasus seperti Mas Olik, air itu bocor ke mana-mana. Perut pun penuh air. Membesar. Lama-lama perut penderita sirosis akan sangat besar. Mengeras. Kalau diketuk berbunyi seperti tong.
BACA JUGA:Disway Gratis
Napas pun akan sangat sulit. Apalagi kalau bocoran air itu masuk ke paru-paru. Nafas tersengal-sengal. Lalu meninggal.
Saya agak provokatif kala itu: mumpung masih bisa naik kursi roda. Masih bisa dipapah saat masuk ke pesawat. Organ lain masih baik. Masih bisa mendukung kesembuhan lebih cepat.
Kalau terlambat akan sulit. Apalagi kalau air sudah masuk ke paru-paru. Lalu ke jantung. Lalu tidak bisa lagi dipapah. Harus digendong. Akan sangat berat.
Sang ayah percaya penuh pada penjelasan saya. Agak berlebihan. Modal kepercayaan itu lebih pada melihat kenyataan: saya pernah melakukannya. Berhasil. Hingga sekarang. Sudah 18 tahun. Sang ayah juga percaya penuh saya akan bisa mengatasi segala kesulitan yang akan muncul di T nanti.
Tentu saya tidak ceritakan kasus-kasus gagal transplant --terutama gagal akibat perawatan pasca transplant yang ceroboh.