Rujak Solo

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa berjabat tangan dengan Misbakhun usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR.-Antara Foto-

Di saat ekonomi seret itu pemerintah justru menyedot pajak lebih banyak. Uangnya masuk BI. Mandeg di situ. "Kalau uangnya kembali beredar sih tidak apa-apa," katanya.

Maka langkah cepat Purbaya setelah jadi menkeu adalah mengembalikan uang yang mengendap tersebut ke sistem.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

Purbaya melihat ada uang pemerintah sebanyak Rp 500 triliun di Bank Indonesia. "Saya sudah lapor Bapak presiden, besok yang Rp 200 triliun akan saya kembalikan ke sistem," katanya.

"Apakah sudah dilaksanakan?" bisik Purbaya ke wakil menteri di sebelahnya.

"Sedang dijalankan," ujar Purbaya seperti mengutip jawaban bisikan itu.

Dengan mengembalikan uang ke sistem, ekonomi bisa berjalan. Swasta hidup. Bisa membayar pajak lebih baik. Pemerintah juga bisa belanja. Program pemerintah berjalan. Termasuk Makan Bergizi Gratis.

Purbaya pun membuka angka: mengapa pertumbuhan ekonomi di zaman SBY lebih baik dari di zaman Jokowi. Pertumbuhan uang beredar di zaman SBY selalu di atas 17 persen. Di zaman Jokowi hanya tujuh persen. Karena itu pertumbuhan pajak di zaman SBY juga 0,5 persen lebih tinggi.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Purbaya bisa mengatakan pertumbuhan ekonomi akan bisa enam sampai tujuh persen dengan jalan menghidupkan dua mesin ekonomi itu.

"Lima ditambah enam, masak tidak bisa menghasilkan tujuh," katanya. Lima dari cara Jokowi. Enam dari cara SBY. Menjadi tujuh di cara Prabowo.

"Tugas saya menghidupkan dua mesin itu," kata Purbaya.

Tentu menteri keuangan tidak bisa "memerintah" Bank Indonesia yang independen. Berarti hanya satu mesin ekonomi yang di bawah kendalinya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan