Rujak Solo

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa berjabat tangan dengan Misbakhun usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) di DPR.-Antara Foto-
Oleh: Dahlan Iskan
OKU EKSPRES.COM- Mungkin saja tidak semuanya benar. Tapi begitu banyak kalimat yang diucapkan Menkeu baru Purbaya Yudhi Sadewa di DPR Rabu kemarin yang bisa dijadikan headline judul oleh wartawan. Sekaligus harus dijadikan topik diskusi di kelas-kelas S-1, S-2, S-3 fakultas ekonomi. Semua kalimat itu juga bisa dijadikan bahan rujak: Rujak Purbaya.
Purbaya menyadari itu sejak di awal bicara. "Saya minta maaf kalau akan ada yang tersinggung. Ini demi perbaikan ekonomi," katanya.
Ketua Komisi XI DPR M. Misbakhun memang minta Purbaya bicara sebagai Purbaya. "Wah, saya ini sudah ingin berhenti jadi cowboy disuruh jadi cowboy lagi," celetuk Purbaya. Itu karakternya: bicara apa adanya.
Anda sudah tahu: Misbakhun juga jago ekonomi-keuangan-perpajakan. Sejak ia masih di PKS. Sampai pun sudah di Golkar. Anda juga lebih tahu: Misbakhun sering berseberangan dengan Menkeu Sri Mulyani.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Saya pun menyimak Purbaya bicara dengan waswas: seberapa banyak pihak yang akan tersinggung dari kalimat yang diucapkannya. Setiap kalimat baru diucapkan saya khawatir: siapa lagi yang akan terkena peluru.
Inti pendapatnya: ekonomi kita lemah karena dua mesin penggerak ekonomi kita dicekik mati. Mesin moneter dan mesin fiskal.
Mesin moneter ada di Bank Indonesia. Mesin fiskal ada di Kementerian Keuangan.
"Munculnya tagar 'Indonesia Gelap' dari kesalahan kita itu," katanya.
Kesalahan seperti itu, katanya, muncul setiap tujuh tahun. Sejak krisis moneter 1998-2000. "Padahal harusnya kita tidak boleh lupa," katanya.
BACA JUGA:260 Disway