Panggung Besar
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Di Lombok dulunya hanya ada satu NW. Yakni yang didirikan Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid di tahun 1953. Keulamaan Tuan Guru ini diakui sampai di Makkah. Beliau punya dua putri.
Akhirnya NW pecah dua. Sejak 1998. Saat itu, sang putri pertama, Siti Raihanun terpilih sebagai ketua NW. Keluarga satunya tidak setuju. Mereka menguasai kantor pusat NW yang di Pancor. Maka kubu Raihanun memindahkan kantor pusat NW ke Desa Anjani.
Sejak itu ada NW Pancor dan NW Anjani. Tidak pernah bisa bersama lagi. Sampai sekarang.
BACA JUGA:Tips Sambut Bulan Ramadhan Agar Tubuh Tetap Fit
BACA JUGA:Ternak Ayam Cemani Hasilkan Cuan di Tengah Krisis
Kubu NW Pancor kini dipimpin KH Tuan Guru Bajang. Sedang NW Anjani dimpimpin oleh KH Lalu Gede Zainuddin Atsani, kakak Lale Syifaun Nufus.
Dua kubu itu selalu berbeda pula aliran politiknya. Kubu TGB pernah di PBB. Lalu pindah ke Demokrat. Pindah ke Golkar. Pindah lagi ke Nasdem. Terakhir pindah ke Perindo.
NW Anjani awalnya ikut Partai Bintang Reformasi-nya ustadz sejuta umat Zainuddin MZ. Lalu ikut Hanura. Terakhir ini ikut Gerindra.
Di daftar calon, TGB caleg DPR nomor satu di Perindo, Lalu Syaifun Nufus nomor satu di Gerindra. Nufus dapat suara tertinggi. TGB nomor dua terbanyak. Mungkin saja dua-duanya lolos masuk ke Senayan. Tapi karena Perindo tidak berhasil melewati ambang batas parlemen (empat persen), maka kursi TGB hilang.
BACA JUGA:Jalani Sidang Mediasi, Ria Ricis Sempat Cium Tangan Teuku Ryan
BACA JUGA:Godzilla X Kong: The New Empire
Padahal kalau TGB bisa lolos ke DPR, ia akan punya panggung nasional. Ia sudah tidak perlu lagi panggung lokal. Ia masih muda. Berprestasi. Tinggal panggung besar yang belum punya.
Banyak tokoh besar hanya kebagian panggung kecil. Banyak tokoh kecil bisa dapat panggung besar. Hanya sedikit tokoh besar dapat panggung besar. Lebih banyak lagi tokoh kecil di panggung kecil.
Panggung kadang-kadang penting. Kadang-kadang. (*)
BACA JUGA:Jaga Keangkeran Kandang