Harga Getah Karet di OKU Timur Naik-Turun, Petani Pilih Tahan Stok demi Untung Besar

Harga getah karet di OKU Timur naik-turun, petani pilih tahan stok demi untung besar. -Istimewa-
OKU EKSPRES.COM - Harga getah karet di Kabupaten OKU Timur terus mengalami fluktuasi. Saat ini, petani menjual getah dengan harga antara Rp10.200 hingga Rp12.800 per kilogram, tergantung pada kualitas, kadar air, dan lama penyimpanan.
Situasi ini mendorong sebagian petani menerapkan strategi bertahan, yakni dengan menunda penjualan selama satu hingga dua pekan demi mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Ranto, seorang petani karet dari wilayah Belitang, menjelaskan bahwa getah segar yang baru disadap selama satu hingga tiga hari biasanya dihargai paling rendah.
“Kalau langsung dijual, cuma dihargai Rp10.200 per kilo. Jadi saya simpan dulu sampai kadar airnya berkurang. Setelah dua minggu, biasanya harga naik,” ujarnya pada Senin (21/7).
BACA JUGA:Meski Tak Drastis, Penurunan Harga Karet dan Cuaca Buruk Jadi Kendala Serius
BACA JUGA:Pasca Lebaran Harga Karet di OKU Timur Anjlok
Penyimpanan getah dalam jangka waktu tertentu diyakini dapat meningkatkan kualitas, sehingga pembeli bersedia membayar lebih mahal. Strategi ini pun sudah menjadi pilihan umum bagi petani dalam menghadapi ketidakpastian pasar.
Hal senada diungkapkan Adi, petani dari Martapura. Ia menyebutkan bahwa perbedaan harga cukup besar jika getah disimpan lebih lama.
“Kalau sabar dua minggu, bisa dijual sampai Rp12.800 per kilo. Kalau buru-buru dijual, bisa rugi banyak,” ungkapnya.
Meski begitu, menyimpan getah terlalu lama juga memiliki risiko. Jika tidak disimpan dengan cara yang tepat, kualitas getah bisa menurun dan harganya pun anjlok.
BACA JUGA:Harga Karet Anjlok Usai Lebaran
BACA JUGA:Optimis Harga Karet Naik
“Cuma petani yang paham cara merawat getah yang berani simpan lama. Kalau lagi butuh uang, ya terpaksa jual harian walau harganya murah,” tambah Adi.
Fluktuasi harga karet sendiri bukanlah persoalan baru bagi para petani di OKU Timur. Minimnya peran pasar dan tidak adanya harga patokan yang konsisten membuat petani harus mencari jalan keluar secara mandiri.