Teheran Baku

Teheran Baku-Istimewa-
Sesuai keinginan pemerintah Prabowo Subianto, warga Indonesia di Iran harus meninggalkan negara itu. Keadaan perang Iran-Israel tidak menjamin keamanan untuk tinggal di sana.
Jumat pagi lalu Purkon pun meninggalkan Teheran. Pukul tujuh pagi. Bersama istri dan anak tunggalnya. Pukul tujuh malam mereka tiba di perbatasan dengan Azerbaijan.
"Kok sampai 12 jam? Harusnya kan cukup 6 jam?" tanya saya.
BACA JUGA:Disway Gratis
"Kami berhenti beberapa kali. Untuk makan. Juga untuk menjemput teman-teman Indonesia lainnya," jawab Purkon.
Maka dalam rombongan Purkon ini ada 100-an orang Indonesia. Umumnya mahasiswa. Mereka naik empat bus. Dicarter. Atas biaya Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Satu-satunya jalan terdekat keluar dari Iran adalah lewat tetangga utara negara itu. Bisa jalan darat pula. Perbatasannya memang terbuka.
"Di perbatasan kami menunggu lama sekali. Mulai pukul 7 malam sampai pukul 5 pagi," ujar Purkon. "Antre pasporannya panjang sekali," tambahnya.
BACA JUGA:Rizky Ridho Resmi Menikah dengan Sendy Aulia
BACA JUGA:Marc Marquez Juara MotoGP Italia 2025, Perbesar Jarak di Klasemen
Di perbatasan mereka dijemput oleh Duta Besar Indonesia untuk Iran. Itu duta besar baru: Rolliansyah Soemirat. Diplomat kawakan. Lama jadi juru bicara Kemenlu.
Soemirat datang ke perbatasan dari Jakarta. Khusus untuk menjemput warga Indonesia di Iran.
Presiden Prabowo sudah mengangkatnya jadi duta besar Maret lalu, tapi persetujuan dari pemerintah Iran masih dalam proses. Keburu ada perang. Maka menjemput warga di perbatasan Azerbaijan adalah tugas pertamanya sebagai duta besar.
Dari perbatasan itu masih lima jam perjalanan lagi untuk sampai ke kota Baku. Inilah kota yang berada di pantai Laut Kaspia.