Dewa Umat

Dewa Umat-Photo: istimewa-Gus munir
Izin jarak jauh diberikan Soedomo. Syaratnya, Tjong Ping tidak boleh datang ke kelenteng dalam sebulan ke depan. Kecuali untuk sembahyang.
Pepeng merayu Tjong Ping untuk menandatangani pernyataan tidak akan datang ke kelenteng sebulan ke depan. Tjong Ping setuju.
Maka gembok pun digergaji. Umat kembali bisa sembahyang.
Muspida Tuban mengadakan rapat. Tidak boleh ada keributan apa pun. Nama besar kelenteng Tuban tidak boleh ternoda oleh pertikaian baru.
Soedomo sebenarnya sedang merintis menghidupkan kembali yayasan lama. Pengurusnya diperbarui. Akan dimunculkan generasi muda sebagai pengurus yayasan.
BACA JUGA:Vivo Luncurkan iQoo Z10 5G, Ponsel Kelas Menengah dengan Performa dan Baterai Maksimal
BACA JUGA:Vivo Y100 5G Indonesia, Tawarkan Fitur Lengkap dengan Harga Terjangkau
Tapi menghidupkan yayasan perlu waktu. Sudah telanjur ruwet. Bahkan yayasan sudah sempat non aktif dalam jangka waktu yang lama.
Selama yayasan non aktif, kelenteng ditangani lembaga baru. Bentuk lembaga itu: perkumpulan. Perkumpulan itulah yang tidak pernah bisa kumpul. Lalu bertengkar. Saling gembok kelenteng.
Soedomo cenderung tidak mau bentuk perkumpulan. Lebih baik menghidupkan kembali yayasan. Aturan di perkumpulan memang punya sisi kelemahan yang berat: satu orang satu suara. Mudah pecah. Mudah bertengkar.
Lebih baik yayasan. Apalagi ada pertimbangan lain: yayasan lama masih punya banyak uang. Lebih Rp 10 miliar. Belum lagi yang berbentuk emas dan tanah.
BACA JUGA:Vivo V30e 5G, Smartphone 5G Stylish, Kencang, dan Makin Terjangkau di 2025
BACA JUGA:Vivo Y17s, HP Entry-Level dengan Kamera 50MP dan Baterai Awet, Harga Mulai 1 Jutaan!
Uang tersebut beku di bank BCA. Sudah puluhan tahun. Bentuknya pun bukan deposito. Tidak berbunga. Bank tidak mau mencairkan dana tersebut sebelum yayasannya hidup kembali secara sah. Perkumpulan tidak akan bisa mencarikan dana itu.
"Sebenarnya pembenahan yayasan sudah hampir beres. Lalu keburu muncul ribut-ribut lagi ini," ujar Soedomo.