Lutfy Azizah

Lutfy Azizah foto bersama Keluarga Zendo Tulungagung.-Foto: Disway-Gus munir
Lama-lama Lutfy kewalahan. Lalu mengajak temannya ikut melayani permintaan. Lutfy kian dipercaya. Layanannya cepat. Juga memuaskan.
Akhirnya Lutfy membentuk admin WA. Sopirnya kian banyak. Admin-lah yang membaca WA. Admin pula yang menugaskan sopir untuk melayani permintaan –lewat WA juga.
Admin WA itu dia beri nama Zendo. ''Zen'' adalah nama anaknya: Abizen. ''D'' dari delivery. ''O'' dari order. Zendo pun kian populer di Tulungagung. Sampai punya 115 driver.
BACA JUGA:STKIP Muhammadiyah OKU Timur Unjuk Gigi di PKM 2025
BACA JUGA:Dinkes OKU Selatan Genjot Pelayanan Posyandu Lansia
Di Tulungagung, Zendo mengalahkan Gojek dan Grab? "Tidak bisa disebut mengalahkan. Zendo sudah ada lebih dulu," kata Lutfy.
Zendo dimulai tahun 2012. Go-Jek dan Grab baru masuk Tulungagung lima tahun kemudian. Orang di sana sudah hafal motto Zendo: "Zendo, Apa Aja di Mana Aja".
Yang menemukan kehebatan Lutfy adalah tokoh Muhammadiyah bernama Ghufron Mustaqim. Ia adalah ketua Sumu –Sarikat Usaha Muhammadiyah– Yogyakarta.
Ghufron menilai Zendo bisa dikembangkan ke mana-mana. Tentu harus lebih modern. Tidak lagi hanya lewat WA. Harus pakai aplikasi. Ghufron pun mencarikan orang Muhammadiyah yang ahli membangun aplikasi.
BACA JUGA:Kevin Diks Bawa FC Copenhagen Juara Piala Denmark Sebelum Gabung Timnas
BACA JUGA:Cristiano Ronaldo Dikabrakan Tolak Perpanjangan Kontrak Senilai Rp7,3 Triliun
Ghufron adalah alumnus Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Ia juga pernah menjadi ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
"Sekarang Zendo berjalan bersamaan. WA tetap jalan. Aplikasi mulai jalan," ujar Lutfy. "Sampai kelak aplikasinya sempurna. Sekarang masih belum sempurna," tambah Lutfy.
Beda dengan yang lain, di Zendo driver mendapat hak 80 persen. Itu karena Zendo harus pro umat. Bahkan untuk pengembangan ke-27 kota pun Zendo belum memungut apa pun. Hanya memberikan lisensi.
"Biar Muhammadiyah yang mengaturnya kelak," ujar Lutfy.