Mitos dan Fakta Luka pada Penderita Diabetes: Cara Tepat Merawat dan Mencegahnya

Ilustrasi Mitos Dan Fakta Luka pada Penderita Diabetes -foto:net-Hesti
OKU EKSPRES - Di Indonesia, masyarakat sering membedakan diabetes menjadi dua jenis, yaitu diabetes kering dan diabetes basah. Namun, dalam dunia medis, istilah tersebut tidak digunakan.
Diabetes sebenarnya terbagi menjadi tiga jenis utama: diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional yang terjadi saat kehamilan. Meskipun jenisnya berbeda, semua bentuk diabetes menunjukkan tingginya kadar gula dalam darah.
Mengapa Luka pada Penderita Diabetes Sulit Sembuh?
Penderita diabetes kerap mengalami luka yang lama sembuh, khususnya di area kaki, kondisi yang sering salah disebut sebagai diabetes basah.
Luka sekecil apa pun harus segera dirawat dengan benar, karena jika dibiarkan bisa berkembang menjadi ulkus diabetikum yang berpotensi menyebabkan amputasi.
BACA JUGA:Mengenali Tanda-Tanda Diabetes Tipe 2
BACA JUGA:Mengenal Penyebab dan Faktor Risiko Diabetes Tipe 2 yang Perlu Diwaspadai
Beberapa faktor yang menyebabkan luka sulit sembuh antara lain:
Gangguan sirkulasi darah
Tingginya kadar gula dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah, terutama arteri, sehingga aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke luka menjadi terhambat. Hal ini memperlambat proses penyembuhan.
Penurunan sistem kekebalan tubuh
Gula darah tinggi melemahkan sel-sel kekebalan yang bertugas melawan infeksi. Akibatnya, luka mudah terinfeksi dan sulit pulih.
Kerusakan saraf (neuropati)
Kerusakan saraf membuat penderita tidak merasakan sakit pada bagian tubuh yang terluka. Hal ini sering terjadi di kaki dan tangan, sehingga luka bisa bertambah parah tanpa disadari.