Dokter Konsumen

Dahlan Iskan saat mengunjungi Bali International Hospital di Sanur, Bali. -Foto: Tomy Gutomo-Harian Disway-Gus munir
Para ahli marketing sudah berubah pikiran. ''Konsumen adalah raja'' hanya bisa dicapai bila konsumen internal juga puas atas perlakuan leader.
Banyak leader berambisi memuaskan konsumen di luar sana seraya melupakan bahwa internal adalah konsumen juga.
Sulitnya, konsumen internal seorang menkes sangatlah khusus. Bukan seperti umumnya karyawan bank atau pabrik. Konsumen internal menkes lebih banyak dokter dan tenaga medis.
BACA JUGA:Korupsi Proyek Siring, Negara Rugi Rp545 Juta
BACA JUGA:Harga Emas Turun Hampir Setiap Hari
Tidak mudah ''menundukkan'' jenis konsumen seperti dokter. Dokter adalah profesi. Bukan pekerjaan biasa. Orang yang berprofesi adalah orang yang sangat independen. Orang yang berprofesi adalah orang yang dalam jiwanya dibentuk sikap otonom: mau melakukan atau tidak mau melakukan.
Secara internal Menkes harus berurusan dengan jenis manusia seperti itu. Mereka adalah konsumen --konsumen internal. Harus dipuaskan juga.
Kadang saya pun sulit membedakan mana jiwa otonom, independen, dan arogan. Sepertinya tiga hal itu menyatu dalam sebuah jiwa profesi.
Profesi lebih taat pada kode etik dibanding ke undang-undang. Menteri lebih taat pada UU --tidak terikat pada kode etik. Ketaatan dokter pada kode etik sudah melekat sebagai tanda ia/dia berprofesi.
BACA JUGA:MU Berpeluang Bertemu Tottenham di Final Liga Europa
BACA JUGA:Erick Thohir Izinkan Klub Amatir Gunakan Dana APBD
Sampai hari ini menkes masih punya agenda besar bagaimana memperlakukan konsumen internalnya. Terakhir muncul tantangan dari kolegium dokter anak. Konflik tidak kunjung reda. Kini logo dokter anak ditambahi pita hitam. Viral dengan luasnya.
Konflik harus berakhir. Rasanya harus ada jalan tengah. Saya tahu menkes orang yang sangat pintar, pandai, dan cerdas. Rasanya itu baru cukup untuk modal menjadi seorang menteri biasa. Untuk menteri kesehatan masih harus ditambah satu lagi: ia harus hebat!
Budi Gunadi Sadikin bisa jadi orang hebat –kalau ia bisa menundukkan dokter tapi juga tunduk pada prinsip-prinsip profesi dokter. (Dahlan Iskan)