Poo Cendana

Poo Cendana-Photo:disway-Gus munir

BACA JUGA:Awas Loker Terindikasi Scam Judol

Saya menyangka jenazah Pak Poo ditaruh di dalam peti mati mahal seperti itu. Sama sekali tidak. Ini mirip peti matinya orang miskin yang dapat sumbangan peti mati dari lembaga sosial.

Aula vihara itu juga tidak dihias. Kursi-kursinya pun bukan kursi VIP.

Sejak jenazah Pak Poo tiba, selalu ada yang membaca ''tahlil'' –doa-doa menurut agama Buddha.

Sekitar 30 orang yang bersamaan membaca doa. Laki perempuan. Campur Tionghoa Jawa. Dari berbagai vihara dan berbagai aliran Buddha.

Begitulah tiap hari. Sepanjang siang dan setengah malam. Sampai tiba hari kremasi nanti.

BACA JUGA:Kejagung Kembalikan Berkas Pagar Laut ke Mabes Polri

BACA JUGA:Awas Loker Terindikasi Scam Judol

Pihak keluarga mengira saya akan bermalam di Mendut. Saya disiapkan kamar di kompleks vihara satunya --yang lebih dekat dengan Borobudur. Vihara Padmasambhava. Vihara ini dipercaya ''keagungannya'' karena terletak persis di tengah segitiga emas: Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon.

Saya memang pernah bermalam di vihara tersebut. Hartati Murdaya juga punya kamar tidurnya sendiri di situ.

Saat saya ngobrol dengan Karuna seseorang melapor: Pak Ahok datang. Terlihat Ahok masuk aula. Disertai Puput, istrinya. Terlihat juga Tenggono dari Wuling. Setelah Ahok berdoa di dekat jenazah, saya lambaikan tangan. Ia pun bergabung di meja kami. Ngobrol banyak hal.

Ahok yang akan bermalam di vihara bersama sang istri.

BACA JUGA:Rame-rame Beli Emas Alasannya Stabil

BACA JUGA:Baim Wong dan Paula Verhoeven Resmi Bercerai

"Kenapa pilih dikremasi tanggal 7 Mei?”

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan