Pedagang Pakaian Mengeluh Sepi Pembeli

Sejumlah pedagang pakaian di Pasar Saka Selabung mengeluh lantaran sepi pembeli akibat bersaing dengan toko online. -Foto: HOS-Hos
OKU SELATAN - Sejumlah pedagang pakaian di Pasar Saka Selabung mengaku mengalami penurunan omzet akibat persaingan dengan toko online. Bahkan, mereka kesulitan mendapatkan pelanggan.
Saat ini, beberapa toko pakaian di pasar tersebut tampak sepi. Deretan toko yang dulunya ramai dikunjungi kini mulai ditinggalkan oleh pembeli. Kondisi ini telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Linda, pemilik toko Fajar Busana, mengungkapkan bahwa situasi sulit ini sudah dirasakannya selama 4-5 bulan terakhir. Akibatnya, ia terpaksa merumahkan karyawannya.
"Sekarang benar-benar sepi, sulit sekali mendapatkan pembeli. Dalam sehari, satu atau dua potong baju saja sulit terjual. Baru kali ini saya mengalami kondisi seperti ini, hampir tidak ada pembeli.
BACA JUGA:Jalur Alternatif ke Bengkulu Sempit dan Ekstrem, Butuh Pelebaran
BACA JUGA:Sultan Palembang Ancam Willie Salim Larang Masuk Palembang
Dulu ada karyawan yang membantu menjaga toko, tapi sekarang saya mengurus semuanya sendiri karena tidak sanggup membayar gaji mereka," kata Linda.
Menurutnya, penyebab utama penurunan penjualan adalah persaingan dengan toko online, terutama di platform TikTok. Ia merasa heran mengapa harga pakaian yang dijual melalui live streaming bisa jauh lebih murah dibandingkan harga di tokonya.
"Di toko saya, harga satu baju Rp 120 ribu, tapi di live TikTok bisa dijual Rp 90 ribu atau Rp 100 ribu, padahal modelnya sama persis. Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana mereka bisa menjual dengan harga semurah itu," ujarnya.
Jika sebelumnya Linda bisa mendapatkan omzet Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per hari, kini kondisinya jauh berbeda.
BACA JUGA:10 Cara Ampuh Atasi Sakit Tenggorokan Saat Puasa
BACA JUGA:Resep Bubur Mutiara, Cocok untuk Berbuka Puasa
"Sekarang, untuk mendapatkan Rp 25 ribu sehari saja sulit. Minggu lalu, saya hanya mendapat Rp 100 ribu dalam seminggu. Uang itu pun sebagian besar habis untuk membayar listrik dan kebutuhan rumah tangga," ungkapnya.
Linda berharap pemerintah bisa memberikan solusi atas permasalahan ini. Ia menginginkan kebijakan yang lebih adil agar semua pedagang, baik di pasar tradisional maupun online, memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan keuntungan.