Perang Listrik

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Irlandia Micheal Martin. -Foto: Disway-Gus munir

BACA JUGA:Pejabat OKU Terjaring OTT KPK, Pemeriksaan Berlangsung

BACA JUGA:Adham Makhadmeh Bakal Pimpin Pertandingan Timnas Indonesia Melawan Australia

Saya sulit menduga-duga langkah darurat apa yang akan dilakukan Trump di bidang listrik.

Mungkinkah ia akan membeli 1,5 juta genset kecil untuk 1,5 juta jiwa itu –sekalian membantu produksi genset dalam negeri? Atau melakukan nasionalisasi jaringan listrik milik Kanada di desa-desa Amerika –direbut untuk menjadi milik Amerika?

Kini mengadakan genset 27 MW tidak sulit. Apalagi ini Amerika. Di Lhokseumawe, Aceh, saja ada genset ukuran 20 MW. Sebanyak 13 sampai 15 unit. Total kapasitasnya sekitar 250 MW. Kalau tidak salah itu milik Wartsila, Finlandia.

Atau Trump akan ambil langkah sapujagat ini: mengizinkan kembali PLTU-PLTU yang sudah dipensiunkan dini untuk beroperasi. Itu PLTU batubara. Mereka dipensiunkan dini oleh Presiden Joe Biden atau Barack Obama –musuh utama Trump. Demokrat sangat anti batubara. Trump sebaliknya.

BACA JUGA:Mees Hilgers Optimis Bawa Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia

BACA JUGA:Resep Tumis Buncis Wortel untuk Buka Puasa Sehat

Ternyata Trump tidak hanya keras ke Tiongkok. Ia juga keras ke sahabat terdekatnya. Bahkan Trump blak-blakan tidak perlu sedikit pun barang dari Kanada. Baja, aluminium, mobil, hasil bumi, katanya, semua bisa didapat di Amerika.

Sedunia kini jengkel kepada Trump. Ia tidak peduli. Mungkin dunia perlu mengerahkan PBB –Persatuan Buzzer Buzzer– sedunia untuk terus memancing emosinya.(Dahlan Iskan)

Tag
Share