Anak Pungut

Salah satu dokumentasi ketika Mudrick Sangidu masih aktif demo di usia senjanya. (Foto: Disway)-Photo: istimewa-Gus munir

Mudrick menemui Mega. Bikin gerakan bersama di Solo. Nama gerakannya Anda sudah tahu: Mega Bintang. Bintang adalah lambang PPP saat itu –sebelum berganti gambar Kakbah.

BACA JUGA:Markaz Darul Huda Diharapkan Bisa Jadikan Masyarakat Semakin Religius

BACA JUGA:Polres OKU Selatan Sukses Raih Predikat Zona Hijau

Mudrick juga bikin gerakan lain: putihisasi pohon di sekitar alun-alun Solo. Itu sebagai perlawanan gerakan kuningisasi yang dilakukan Golkar: semua pohon dicat kuning.

Heboh lagi. Heboh besar. Tidak seheboh Mega Bintang tapi heboh. Dianggap terlalu berani melawan dominasi Golkar.

Mudrick ditangkap. Diajukan ke pengadilan. Ia bebas. Penyebab bebasnya: jaksa salah dalam mengenakan tuduhan. Pasal tuduhan pidana biasa dicampur dengan tuduhan pidana ringan.

Tuduhan itu ditolak hakim. Dua jenis tuduhan seperti itu tidak bisa dijadikan satu. Pidana biasa harus ditangani hakim majelis (tiga orang). Pidana ringan cukup satu hakim.

BACA JUGA:Penuhi Kebutuhan Listrik, Warga Buat Turbin Mini Secara Mandiri

BACA JUGA:Pesta Rakyat HUT OKU Selatan Momen Perpisahan Popo Ali- Solihin Abuasir

Mudrick benar-benar merajai perpolitikan Solo. Ia jadi tokoh besar PPP. Ia jadi simbol sukses PPP di Solo.

Rupanya banyak pendukung Mega di Solo mencoblos dengan tutup mata: tepat di bintang. Di zaman akhir Orde Baru itu hanya ada tiga partai yang ikut Pemilu: PPP, Golkar, dan PDI (tanpa P).

Nama Mudrick top di atas top. Tapi ia tidak jadi apa-apa. Tetap jadi pribadi Mudrick. Yang mencintai bisnis batik, cinta barang antik, dan hobi berburu. Ia dikenal sebagai penembak jitu.

Yang ditembak bukan banteng, tapi celeng. Ia tahu di mana ladang berburu yang banyak babi hutannya. Hasil buruannya itu diserahkan ke penduduk sekitar hutan.

BACA JUGA:Nindy Ayunda Ungkap Bakal Menikah dengan Dito Mahendra

BACA JUGA:Prilly Mengaku Omara Membuatnya Lebih Bersemangat

Tag
Share