Awan Capung

Dahlan Iskan foto bersama lima mahasiswa Indonesia yang kuliah di Illinois University Urbana Champaign. -Foto: Disway-Gus munir

Berarti Fauziyah digolongkan seorang peneliti yang sangat serius. Suka hidup di laboratorium. Dia juga menjadi asisten pengajar di kampus yang begitu hebat.

Kami pun diajak ke satu gedung. Lima atau enam lantai. Isinya lab semua. Salah satunya adalah lab di mana teknologi MRI ditemukan di universitas ini. Masih ada model-model MRI di awal penelitiannya di situ.

Lalu kami dibawa masuk ke lab partikel material. Lab coating. Lab tentang cara kerja otak. Lab microskop. Dan banyak lagi.

BACA JUGA:Sriwijaya FC Tumbang 2-4 dari Persiraja Banda Aceh, Bermain Lepas Meski Hanya 10 Pemain

BACA JUGA:Ronaldo Makin Dekati Rekor Gol Legendaris Milik Pele

Fauziyah juga mengajak kami ke gedung lain. Melewati taman-taman, halaman, dan jalan aspal. Langkah Fauziyah cepat sekali. Sudah seperti orang Amerika.

Total, empat gedung yang kami masuki. Terpisah jauh-jauh. Semuanya lab. Yang terakhir adalah lab penelitian serangga. Fauziyah akan menjadi doktor serangga. Khususnya capung.

Ketika masih di Kebumen, masih di SMA, Fauziyah terpana akan capung. Hari itu hujan lebat. Hujan angin. 

Seekor capung terbang di tengah badai. Terlihat kuat terbang melawan angin. Sayapnya tidak menjadi berat karena basah.

BACA JUGA:Ruud van Nistelrooy Resmi Nahkodai Leicester

BACA JUGA:6 Tips Fashion untuk Tampil Modis dan Percaya Diri

Ketika kuliah di jurusan biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Fauziyah bertemu profesor tamu dari Finlandia. 

Dia diskusikan capung itu. Setelah sang profesor pulang kampung, Fauziyah ditelepon: boleh mendalami capung di Finlandia selama enam bulan.

Ketika SMP di Kebumen itu Fauziyah tinggal di pondok pesantren --untuk belajar agama. Pun ketika masuk SMA di Yogyakarta dia tinggal di pondok.

Melihat capung nan sakti, critical thinking Fauziyah berputar. Dia tidak bersikap pupus ”itu keajaiban dari Allah”. 

Tag
Share