Doktor TK
DR Sutik ketika mengajar TK dengan berbaju adat Jawa. -Foto; Disway-Gus munir
”Hah?”
"Iya. Tidak dapat anggaran sama sekali".
"Kok mau?”
"Ibadah. Saya anggap seperti mengasuh anak telantar," ujar Muhkiddin yang selalu berkopiah dengan rambut gondrong, jenggot dikuncir, dan pakai sarung.
BACA JUGA:Ronaldo Pecahkan Rekor Messi
BACA JUGA:Nyaris Cetak Gol, Rating Jay Idzes Terbaik Kedua di Tim
Saat ini ada tujuh ABH yang ia bina di panti asuhannya. Umurnya setingkat anak SMA. Semua terkait dengan urusan pemerkosaan.
"Pernah ada satu ABS yang terkait perkara carok. Tapi saya tolak. Di sini kan banyak anak-anak," ujar Mukhiddin.
Anda sudah tahu: carok adalah saling bunuh untuk masalah harga diri di kalangan masyarakat Madura.
Pernah juga punya ABH yang masih setingkat SD. Juga terlibat pemerkosaan. Korbannya balita.
BACA JUGA:7 Langkah Ampuh Membersihkan Makeup untuk Kulit Sehat dan Bebas Masalah
BACA JUGA:Resep Gulai Nangka Balungan, Makan Pagi Praktis, Rasa Istimewa
Di tempat Mukhiddin, ABH tersebut diikutkan kegiatan asrama. Wajib bangun subuh, salat, berdoa, dan bersih-bersih lingkungan. Siangnya bisa ikut jadi tukang kayu, tukang di bengkel, atau ikut jualan di warung.
Selesai ngobrol Hari Guru, Dr Sutik belum mau pulang. Dia minta izin untuk tetap di lokasi. Dia harus mengikuti penjurian jambore guru TK tingkat nasional lewat Zoom.
Dr Sutik bisa terlihat keren kalau mengajar mahasiswa S-2 di satu universitas. Tapi dia pilih tetap di desa dan mengajar anak TK.(Dahlan Iskan)