Doktor TK

DR Sutik ketika mengajar TK dengan berbaju adat Jawa. -Foto; Disway-Gus munir

"Agar bajunya masih bisa dipakai sekali lagi keesokan harinya ya..." kata saya.

"Iya. Di desa kan tidak biasa baru dipakai sekali harus dicuci," katanya.

Di Hari Guru kemarin guru Sutik mendapat bingkisan dari siswa (lihat foto). Tentu itu dari orang tua siswa. Hadiah itu diberikan setelah Sutik dan tiga guru lainnya selesai mengadakan upacara peringatan Hari Guru Nasional bersama siswa TK asuhannya.

BACA JUGA:Kasus Polisi Tembak Pelajar, Mabes Polri Turun Tangan

BACA JUGA:Fenomena Ikan Mabuk Diserbu Warga

Setelah ber-Hari Guru Nasional itu Sutik mengajak suami ke Disway Mojokerto. Lalu diajak bertemu saya.

Mobil sang suami keren: Suzuki Kotrik yang sudah dimodifikasi. Rodanya off road. Tanpa atap. Sang suami memang hobi memodifikasi mobil. Ia punya bengkel sendiri.

Tidak hanya bengkel. Sang suami juga punya panti asuhan anak yatim. Ia juga usaha kuliner: buka warung nasi. Panti asuhannya terpilih sebagai tempat anak bermasalah hukum (ABH). Yakni anak yang terlibat perkara kriminal, sudah diadili, sudah dijatuhi hukuman.

Karena masih anak-anak mereka tidak dimasukkan penjara. Mereka dimasukkan lembaga pembinaan anak.

BACA JUGA:Anggota DPRD Lubuklinggau Dilaporkan Aniaya IRT

BACA JUGA:Pengendara Vario Tewas Tabrak Truk Batu Pecah

Lembaga seperti itu mestinya di bawah Kementerian Sosial. Atau Dinas Sosial. Maka begitu anak divonis sekian tahun atau sekian bulan jaksa membawa anak itu ke Dinas SosiPecah. 

Tapi Dinas Sosial tidak punya fasilitas untuk ditempati narapidana anak-anak. Maka Dinas Sosial mencari lembaga swasta. Ketemu. Milik suami Dr Sutik. Di dekat Pacet, Mojokerto.

"Dapat anggaran berapa?"

"Tidak dapat," ujar suami Dr Sutik, Mukhiddin.

Tag
Share