OKU EKSPRES - Para ilmuwan berhasil mengembangkan makanan 3D-printed yang dirancang khusus untuk membantu individu dengan kesulitan menelan, atau yang dikenal sebagai disfagia.
Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi yang aman, tetapi juga menghadirkan makanan yang menyerupai tekstur dan bentuk makanan tradisional, sehingga lebih mudah dikonsumsi tanpa mengurangi nilai gizinya.
Bagi banyak penderita disfagia, menikmati makanan sehari-hari sering kali menjadi tantangan besar.
Makanan yang harus dihaluskan atau diubah teksturnya sering kali mengurangi kenikmatan dan variasi rasa, sehingga membuat pengalaman makan menjadi monoton dan kurang menarik.
BACA JUGA:Keren! University of California Wajibkan Mahasiswa Mengikuti Kelas Perubahan Iklim
BACA JUGA:7 Makanan Kaya Vitamin K untuk Menjaga Kesehatan Optimal
Makanan hasil teknologi cetak 3D menjadi angin segar bagi mereka yang mengalami kesulitan ini.
Dengan teknologi ini, makanan bisa dibentuk menyerupai bentuk aslinya, seperti daging ayam atau sayuran, tetapi dengan tekstur yang lembut dan mudah ditelan.
Proses pencetakan makanan ini dimulai dengan menggunakan perangkat lunak CAD (Computer-Aided Design) untuk merancang cetakan makanan.
Kemudian, bahan makanan yang telah dihaluskan atau dimodifikasi dicetak dengan menggunakan printer 3D. Bahan-bahan ini diperkaya dengan nutrisi tambahan, seperti zat besi dan vitamin, untuk memastikan kebutuhan gizi tetap terpenuhi meski teksturnya telah diubah.
BACA JUGA:5 Makanan Kaya Vitamin E untuk Mempercepat Pertumbuhan Rambut
BACA JUGA:Khasiat Sarang Burung Walet, Dari Daya Tahan Tubuh Hingga Kecantikan
Dilansir dari uts.edu proyek inovatif ini dipimpin oleh Profesor Bronwyn Hemsley.
Proyek ini bertujuan untuk memperbaiki pengalaman makan bagi individu yang kesulitan menelan.
Bersama dengan berbagai organisasi yang mendukung penderita disfagia, penelitian ini berfokus pada bagaimana makanan 3D-printed dapat meningkatkan daya tarik visual sekaligus memastikan keamanan konsumsi.